Seputaraceh

Film ‘5CM’, Kisah Impian dan Persahabatan

Film ‘5CM’, Kisah Impian dan Persahabatan
Film ‘5CM’, Kisah Impian dan Persahabatan

Jakarta — Sebuah novel laris karya Donny Dhirgantoro yang terbit tujuh tahun yang lalu diadaptasi ke layar lebar. Memakan waktu yang cukup lama, tentu ada alasan kuat yang membuat kisah ini layak diangkat ke media gambar bergerak.

Film ‘5cm’ mengisahkan persahabatan 5 orang yang terdiri dari 4 laki-laki dan 1 perempuan: Genta dengan jiwa kepemimpinannya (Fedi Nuril), Arial yang atletis (Denny Sumargo), Zafran yang puitis (Herjunot Ali), Ian yang konyol (Igor Saykoji) dan Riani, satu-satunya perempuan yang ‘mengasuh’ keempat sahabatnya (Raline Shah).

Sudah sepuluh tahun mereka bersahabat, hingga sampai pada suatu kesadaran bahwa mereka terlalu lama hidup di lingkaran itu. Masing-masing tidak mempunya teman lain di luar mereka berlima. Di titik itu, Genta mengusulkan agar mereka berpisah dulu selama tiga bulan. Keluar dari zona nyaman mereka, mencoba mengakrabi hal-hal di luar sana dan mengejarkan apa yang selama ini tidak sempat dikerjakan.

Perpisahan selama tiga bulan cukup memberi arti bagi kelima sahabat itu untuk berpikir dan melakukan sesuatu demi kepentingan diri mereka masing-masing. Ian, satu-satunya yang belum lulus sarjana di antara mereka, fokus kepada skripsi dan akhirnya mendapat jadwal sidang tugas akhir. Arial yang grogi jika didekati perempuan akhirnya sanggup mendekati incarannya. Zafran mulai menjalin hubungan dengan adik Arial, Adinda (Pervita Pearce) yang selama ini ditaksirnya. Demikian pula dengan Genta dan Riani, sibuk dengan urusan pribadi masing-masing.

Sesuai kesepakatan, setelah tiga bulan mereka akan bertemu di tempat yang ditentukan oleh Genta. Lima sahabat, ditambah Adinda jadilah berenam mereka memulai petualangan yang tak akan pernah mereka lupakan.

Sejak dimulai, film yang disutradarai oleh Rizal Mantovani ini menyajikan dialog-dialog yang cair dan segar. Kekonyolan Zafran yang kerap dipanggil Juple, dan Ian nyaris mengundang tawa di setiap kesempatan. Meski kadang tampak berlebihan, humor yang disajikan masih pada takarannya.

Selain itu, film ini juga menyajikan gambar-gambar menarik mulai dari Stasiun Senen. Walau agak janggal melihat enam petualang ini duduk berdesakan di dua baris kursi, penonton dapat menyaksikan pemandangan sederhana yang menyentuh meski sekilas, tentang keragaman penumpang kereta ekonomi dan pemandangan fajar dari pintu bordes kereta.

Keindahan juga tampak memukau saat disajikan panorama Gunung Semeru dan Danau Ranu Kumbolo di Jawa Timur serta samudera awan di pucak Mahameru. Indahnya pemandangan alam seindah jalinan cerita persahabatan di antara mereka. Walau kenyataannya sulit juga membayangkan lima orang bersahabat selama sepuluh tahun, tapi hal ini boleh diabaikan. ‘5cm’ tetap berhasil menyajikan persahabatan yang manis, dengan sedikit percikan asmara dan ending yang sungguh tak terduga.

Secara sederhana, melalui gambar hamparan alam yang indah, film ini juga membangkitkan kecintaan kita terhadap Tanah Air. “Negeri ini indah Tuhan, bantu kami menjaganya,” diucapkan seperti mantra yang menyihir penonton oleh Zafran. Di saat lain, Ian yang juga menyindir orang-orang yang kerap hanya mencela Indonesia. “Gue pake tanahnya, minum airnya, masak nggak ada terimakasihnya?”

Adegan di Puncak Mahameru, saat bendera merah putih dikibarkan diiringi lagu Tanah Air sungguh mampu membangkitkan keharuan. Walau terasa ada jalinan cerita yang patah saat melihat keenam tokoh kita ini tiba-tiba menjadi sentral di adegan upacara di puncak, tapi mungkin mau tidak mau demikian karena enam tokoh inilah yang membawa misi persahabatan, cinta, impian dan cita-cita pada film ini. Selain lagu ‘Tanah Air’, lagu-lagu milik Nidji yang menjadi soundtrack film ini juga terasa sangat menyatu dengan jiwa cerita.

Casting pemeran-pemeran dalam film yang diproduseri oleh Sunil Soraya ini juga layak mendapat perhatian. Terutama Igor yang memerankan Ian, terasa sungguh pas. Chemistry di antara mereka juga terasa pas. Namun di beberapa tempat, Raline Shah tampat terlalu cantik saat mendaki puncak tertinggi di Pulau Jawa, Mahameru . Apalagi dia mendaki dengan rambut terurai begitu.

Keseluruhan, film ini sangat menghibur dan cukup menginspirasi. Bila ada beberapa bagian cerita di novel tidak disertakan di film, memang adaptasi tidak harus setia sepenuhnya dengan novel sumbernya. Namun ketiadaan bagian cerita itu tidak mengurangi kekuatan film ‘5cm’. Tak heran di beberapa bioskop di Jakarta, bangku-bangku terisi penuh dan penonton memberikan tepuk tangan meriah saat film usai. (Anis Ardianti/detik.com)

Belum ada komentar

Berita Terkait