Kamis siang (8/7/2010) Kota Idi tampak ramai dan riuh dengan aktivitas para pedagang dan pembeli, ada juga para pelintas. Keramain di ibu kota Aceh Timur itu biasanya memuincak pada setiap senin, karena hari itu adalah hari pekan di sana.

Terlihat beberapa tukang buah sedang sibuk melayani pembeli dan ada juga yang hanya duduk saja karena tak ada para pembeli yang menghampiri kios buahnya. Di depan kios buah itu juga terlihat tenda-tenda berwarna biru dan orange berjejaran para pedagang kaki lima (PKL) sehingga pandangan terkesan tak beraturan dan centang prenang, dibawah tenda terdapat gantungan-gantungan baju dari berbagai jenis pakaian mulai dari balita hingga orang dewasa.

Disela-sela para pedagang kaki lima terlihat juga tukang ojek, becak barang serta becak penumpang yang nongkrong bareng sambil menunggu tumpangannya (sewa-red) sehingga menambah hiruk pikuk kepadatan dan sesaknya ruas jalan Pusat Kota Idi Rayeuk yang terkenal macet ini sehingga terkesan Kota semakin Semrawut dan kumuh.

Selain tampak kesemrawutan juga ditambah lagi dengan tumpukan sampah menimbulkan bau tidak sedap. Meski Kota Idi Rayeuk sudah menjadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur, namun kesemrawutan masih terlihat di setiap sudut Kota.

Hal itu dikarenakan para pedagang kaki lima mengaku tidak memiliki lapak untuk berjualan selain dijalan Sultan Iskandar Muda. Dan sudah beberapa kali mereka diperingati oleh pemerintah setempat untuk tidak berjualan di jalan itu, peringatan terakhir mereka terima kira-kira lima bulan yang lalu tetapi mereka tetap tidak mau pindah dan meminta batas waktu hingga akhir lebaran puasa dalam tahun ini dengan alasan belum adanya lapak tempat untuk mereka berjualan.

Sebenarnya para pedagang kaki lima ini sudah pernah dipindahkan ke pasar Senin yang terletak disamping pasar ikan dan mereka sempat berjualan disana namun penghasilan mereka tak memadai sehingga tidak berapa lama, kemudian mereka pindah lagi ketempat semula.

Dengan kondisi demikian Kota Idi Rayeuk Pusat Kabupaten terkesan semakin semrawut dan kumuh dengan keberadaan sampah yang ada dijalan dua jalur tersebut ditambah lagi air peceran dan limbah warga yang meluber akibat dranase tersumbat, dan hal itu seakan tidak menjadi masalah bagi masyarakat sekitar dan Dinas terkait maupun Pemerintah setempat, terkesan mereka tutup mata dengan kondisi Kota Idi seperti itu.

Padahal bau yang ditebarkan oleh sampah itu selain sangat menyengat hidung juga merusak pemandangan keindahan Kota, belum lagi penyakit yang akan ditimbulkan oleh sampah itu. Walau pun sudah disediakan tong-tong tempat pembuangan sampah di pembatas jalan maupun di setiap sudut Kota telah ada ton sampah namun sampah masih saja kita dapati berserakan di mana-mana.

Selain itu juga hewan ternak warga seperti kambing dan sapi banyak serta sering berkeliaran di dalam Kota, hal itu juga membuat pandangan kota kumuh lantaran dipenuhi kotoran kambing dan sapi. Anehnya ternak-ternak tersebut juga masih terlihat di malam hari, sehingga terkesan Kota seperti kandang  hewan.(*/ha/iskandar ishak)