Nusa Dua — Masih merasa tarif seluler di Indonesia masih mahal? Jika iya, sepertinya Anda harus berpikir ulang. Sebab menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, tarif seluler di Tanah Air sudah terbilang murah, bahkan lebih miring dibanding negara lain.

Demikian ditegaskan Muhammad Budi Setiawan, Dirjen Sumberdaya dan Perangkat Pos Informatika Kementerian Kominfo di sela-sela konferensi 35th GSMA Asia Pacific yang digelar di Nusa Dua, Bali.

Pasalnya, operator telekomunikasi yang beroperasi di Indonesia terbilang banyak. Alhasil, persaingan pun menjadi lebih ketat. Bahkan ada yang sampai berkelakar harus ‘berdarah-darah’ untuk bisa menggaet pelanggan.

“Operatornya banyak, persaingan pun lebih ketat. Nah, tugas pemerintah lah untuk menjaga kualitasnya,” ujar Budi.

“Sehingga, tarif seluler di Indonesia lebih murah dibandingkan dengan negara Asia lain, kecuali Singapura dan Malaysia,” lanjutnya.

Bahkan Budi berani mengatakan bahwa Indonesia berhasil memimpin ketika berbicara mengenai ketersediaan dan keterjangkauannya. “Availability kita sudah lumayan, kecuali di wilayah timur ya. Begitu juga mengenai affordability-nya sudah lumayan bagus” katanya.

Pria ramah ini turut mencontohkan negara lain di mana kondisi telekomunikasinya memprihatinkan. “Kemarin saya ke Myanmar, SMS di sana dilarang, jadi orang hanya boleh melakukan voice dan itu sangat mahal. Bahkan saya lihat orang di sana banyak yang pakai CDMA Ceria. Kalo beli SIM card GSM harganya bisa sampai USD 500,” imbuhnya.

Konferensi 35th GSMA Asia Pacific sendiri diadakan di Nusa Dua, Bali. Hadir selaku pembicara selain Budi Setiawan, adalah Daniel Horan selaku CMO Axis Telekom Indonesia, Mohammed Assad Kondaji selaku CMO STC International Group dan Shigeyasu Suenaga selaku Chairman GSMA AP. Berbagai topik telekomunikasi dibahas dalam gelaran 3 hari tersebut. (dtc)