Tulisan ini adalah kiriman dari mantan punker, tidak ada penyuntingan yang merubah makna dari maksud dan isi tulisan artikel ini. (Redaksi)

Saya punker (maaf, lebih jelasnya mantan punker), orang yang dulunya pernah mengunyah beberapa ideologi yang mengagung-agungkan kebebasan, teritorial, dan kesepahaman. Saya merasa bersalah karena telah ambil bagian dalam menanamkan prinsip yang keliru kepada sebagian teman-teman lama (punker) saya dulu.

Dalam tata Negara, berpolitik adalah salah satu cara untuk menggerakkan pemerintah, pemerintahan digerakkan untuk mengatur setiap personal yang hidup dalam lingkup aturan. Layaknya politik demokrasi, punker meng-klaim dirinya memiliki aturan politik dengan mengusungkan kebebasan. Tapi sayangnya, sebagian besar dari mereka belum memahami ideologi punk sebenarnya dan juga penafsiran kebebasan yang keliru. Artinya, kesadaran ideologi tergolong “ikut-ikutan”.

Kebebasan tidak harus menghilangkan jati diri sebagai manusia yang memiliki kodrat, kebebabasan tidak harus dengan cara westernisasi yang menginjak aturan dan adat lokal.

Aceh adalah provinsi yang kental akan adat budaya dan agama, serta memiliki penerus yang akan menjaga kearifannya. Kebebasannya tidak harus berpenampilan nyentrik (khususnya tattoo) dalam mengekspresikan dirinya, bukannya melarang individu untuk melakukan itu, tapi ini lebih ke bagaimana caranya kita menghormati adat lokal dan menjauhi unsur propaganda. Sedikit banyak itu akan mempengaruhi pemuda yang seharusnya mereka sadar bahwa mereka adalah penerus peradaban. Bersosial tidak harus menjadi seorang punker, berbuat baik tidak harus dinaungi dengan ideologi punk. Karena apa? baca paragraf dibawah!

Ideologi punk terlahir dari kalangan agnostic/ateis Inggris yang menganggap manusia hanyalah kumpulan dari organik hidup yang bekerja sampai organ-organ tersebut mati, hanya itu dan tidak lebih. Apakah teman-teman lama masih percaya pemikiran tak memiliki arah tersebut?. Ketahuilah, Inggris adalah lumbung/sumbernya illuminati dan sejenisnya. Ideologi punk di doktrin occultism oleh para satanisme yang mengalir dari darah kaum manson ke kalangan muda melalui musik dan gaya hidup.

Cara berpakaian, piercing, tattoo, model rambut, dan aksesoris lainnya menunjukkan perwujudan propaganda (pagan) dengan dalil “demi kebebasan”, mereka terus mengaung “kami bukan kriminal, kami tidak bersalah”. Bentuk propaganda yang teman-teman lama agungkan hanya dapat merusak peradaban dunia, khususnya Aceh.

Jangan bandingkan ideologi demokrasi dengan ideologi punk, karena punker pasti banyak sejuta cara untuk menilai kesalahan ideologi demokrasi. Karena kedua ideologi itu adalah buatan manusia, tidak akan mampu menyaingi kebesaran Allah. Jangan biarkan western membodohi teman-teman lama, jangan biarkan teman-teman lama berani menantang masa depan teman-teman lama sendiri dan penerus, serta ambil bagian dari kehancuran generasi Islam dan peradaban dunia.

Saya muslim, dan berprinsip seperti seorang muslim, saya bukan orang yang taat, tapi saya tidak ingin ingkar bahwa ideologi saya adalah Alquran-Hadist yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Masihkah saya memilih ideologi yang lain? Masihkah kita malu dengan ideologi yang sempurna? Haruskah kita mengikuti ideologi yang berasal dari western?

Intinya, apakah ideologi Islam belum sepurna bagi teman-teman lama? Coba beritahu saya apa yang tidak ada di Islam. Dan mampukah ideologi punk –bahkan jika ditambahkan dengan ideologi demokrasi sekalipun– menyaingi ideologi Islam?

Artikel ini saya khususkan untuk penganut ideologi punk yang beragama Islam. Karena saya ingin mengajak teman-teman lama untuk kembali memahami apa itu ideologi punk. Artikel ini janganlah menjadikan senjata untuk menjatuh, namun jadikan ini sebagai salah satu pembuka wawasan tentang ideologi punk. Mereka adalah saudara kita yang sedang berada dalam posisi cara pandang yang salah, dan mereka tidak perlu diberlakukan dengan tidak wajar, mereka saudara kita yang wajib kita bantu. Banyak punker-punker yang sudah sadar bahwa ideologi yang mereka anut adalah keliru dan mereka kebanyakan masuk ke pondok-pondok pasantren untuk belajar hidup yang sebenarnya. Wassalam

*Malia (nama samaran) penulis menetap di Aceh dan kini sedang mengenyam pendidikan di salah satu Institusi. Tulisan ini berjudul asli “Mana Ideologi Punk Yang Kalian Agungkan Itu”.