Sigli – Hasil yang diperoleh petani musim tanam tahun ini dengan pola tanam jurong, bibit bantuan Hibrida Barnas dari APBA tahun 2010 seluas 560 hektar lahan di tujuh kecamatan dalam kabupaten Pidie cukup maksimal. Bahkan di Peudaya, Padang Tiji, meski kekurangan air, tanaman padinya subur dan memuaskan.

Kemarin, petani setempat melakukan panen perdana padi hibrida kelompok tani binaan Dinas Pertanian Kabupaten Pidie di Peudaya dengan pola tanam Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Acara tersebut dihadiri langsung Kepala Dinas Pertanian Peternakan setempat, Ir. M Nasir dan sejumlah tokoh masyarakat serta para anggota kelompok tani.

Kondisi tanaman padi hibrida sangat jauh berbeda dengan pola tanam biasa. Bahkan hasilnya dapat dilihat secara jelas di lapangan antara hibrida dan biasa. Dari dua petak lahan sawah, dengan pola berbeda, jelas sekali terlihat hasilnya produksinya.

Setelah dilakukan pemotongan padi oleh Kadis Pertanian yang disaksikan petani, petugas langsung mengukur hasilnya dengan patokan hektar luas tanah. Dari target per hektar tanaman hibrida 10 hingga 12 ton sekali panen, hasil panen di Peudaya meski air tidak teratur, cukup memuaskan, mencapai 9,2 ton per hektar lahan.

Petani setempat mengaku puas bahkan mereka meminta terus dilakukan pola tanam jurong dengan bimbingan dari petugas Distan. “Kami sangat puas dengan pola tanam yang diajarkan pemerintah termasuk bibit hibrida. Namun kami masih kewalahan dengan saluran irigasi,” kata Abdullah salah seorang anggota kelompok tani. Secara kebetulan panen perdana dilakukan di lahan sawahnya.

Anggota kelompok tani lainnya mengaku, meski hasilnya bagus, namun mereka sedikit kecewa dengan bibit bantuan pemerintah. Pasalnya ada bibit yang tidak tumbuh ketika disemaikan, sehingga mereka harus mencari bibit lain dan sudah terlambat waktu tanamnya. “Kami mohon adanya penelitian jelas tentang bibit, sehingga petani tidak dirugikan,” ujar petani lainnya.

Dalam pertemuan dengan kelompok tani, Kadis Pertanian mengaku sangat senang atas kesadaran petani mengikuti pola tanam modern dengan pengembangan tanaman pangan padi hibrida bernas. Dia juga mengaku hasilnya bisa dibuktikan, meski kekurangan air, produksinya masih di atas pola tanam tradisional.

“Memang target yang ditetapkan untuk tanaman padi hibrida ini antara 10 ton hingga 12 ton per hektarnya, belum tercapai di sini, bukan karena perawatan tetapi karena kekeringan dan pengaturan air tidak stabil. Saya sangat puas dengan hasil ini, kita terus mengembangkan peningkatan produksi,” ujar Nasir di depan puluhan anggota kelompok tani Peudaya.

Nasir yang didampingi Kabid produksi, Distan Pidie, Ir Fahkruddin mengimbau masyarakat untuk tidak menggunakan lagi bibit dari hasil panen sawah mereka, karena padi hasil panen itu tidak dapat lagi digunakan untuk bibit. Jika itu juga digunakan masyarakat, hasilnya mengecewakan dan akan turun 50 persen dari bibit aslinya.

Kita juga mengimbau petani jangan membeli bibit di sembarang tempat, karena bibitnya tidak asli. Meskinya untuk mendapatkan bibit hibrida dapat diperoleh di Distributor resmi atau di kios satuan produksi padi (Saprodi). “Petani jangan mudah terpengaruh dengan harga murah tetapi kualitasnya tidak ada bahkan meski ada label tapi itu palsu,” pinta M Nasir.

Tahun 2009-2010 Pidie diberikan bibit bantuan hibrida sebanyak 8.400 kilo gram (per hektar sebanyak 15 kg)  kepada 16 kelompok tani di tujuh kecamatan, yaitu Mutiara Timur seluas 105 hektar untuk tiga kelompok, Sakti 105 hektar untuk tiga kelompok tani, Mutiara Barat 70 hektar untuk dua kelompok tani, Glumpang Tiga 70 hektar untuk dua kelompok tani, Delima 70 hektar untuk dua kelompok tani, Padang Tiji 70 hektar untuk dua kelompok tani dan Tiro 70 hektar untuk dua kelompok tani.

Di samping itu juga diberikan bantuan pupuk Urea 112.000 kg (per hektar sebanyak 200 kg), jenis KCL 42.000 (75 kg per hektar), Pupuk TSP 56.000 kg (100 kg per hektar) dan Pestisida (Trisula) sebanyak 560 liter. Tahun ini akan diberikan kepada kelompok lain.(*/ha/ari)