Jakarta — Bersyukurlah para jurnalis yang telah malang melintang di jagat jurnalistik tanah air. Karena, Indonesia yang saat ini memang dikenal sebagai negara yang kaya Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), ternyata juga menyimpan potensi kekayaan lain yaitu Sumber Daya Berita.

“Indonesia merupakan sumber berita yang sangat banyak, dari politik, agama, ekonomi, konflik, hingga bencana,” kata Kepala Biro Al Jazeera Network, Sohaib Ali Jassim pada Seminar Komunikasi Internasional “Kontribusi Wartawan Media Asing dalam Pemberitaan tentang Indonesia di Mata Dunia” di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka) di Jakarta, Selasa (26/6) lalu.

Menurut Sohaib Ali Jassim, bagi dunia Arab Indonesia merupakan bangsa muslim terbesar dan memiliki hubungan emosional dengan dunia Arab meski berada di Asia Pasifik. Sebagai Negara demokrasi baru yang besar dan memiliki kekuatan yang sedang tumbuh, Indonesia juga bisa menjadi pelajaran berharga bagi dunia Arab yang sedang mengalami perubahan dari segi politik.

Sementara bagi kalangan pers Barat, sebagaimana yang dinyatakan oleh jurnalis France 24, Jean-Baptiste Chauvin, Indonesia belum terlalu dikenal di Eropa, tapi memiliki kekuatan luar biasa dan potensial menjadi “Super Power”.

“Indonesia paling potensial menjadi satu dari Negara dengan ekonomi paling penting di dunia karena memiliki sumber daya alam melimpah serta sumber daya manusia yang besar dengan populasi muda,” katanya.

Meskipun demikian, menurut jurnalis yang bertugas bagi TV5 dan Radio Canada ini, ada empat hal yang harus dibenahi di Indonesia, yakni pendidikan yang masih kurang baik dan harus diatasi dengan pendidikan gratis, kepemimpinan nasional yang harus memberi kesempatan kepada orang-orang hebat, korupsi yang masih menggila, serta intoleransi agama yang selama ini mencoreng citra Indonesia.

Sedangkan di mata pers tetangga sebagaimana yang dikemukakan jurnalis The Straits Times, Zakir Hussain, pemberitaan mengenai Indonesia selalu menarik, karena apa yang terjadi Indonesia sangat berpengaruh terhadap Singapura.

Ekonomi Indonesia, ujarnya, adalah yang terbesar di Asia Tenggara dengan GDP per kapitanya yang saat ini sedang tumbuh dari 3.500 dolar AS ke 10.000 dolar AS dalam 10 tahun, bisa berimbas baik bagi Singapura. “Perkembangan politiknya yang dinamis, termasuk demonstrasinya juga sering diliput negeri jiran. Karena kalau Indonesia bergolak, akan membuat Singapura juga tak tentram,” katanya.

“Apalagi orang Indonesia yang tinggal di Singapura mencapai 200 ribu orang, ditambah wisatawan Indonesia sangat besar di Singapura, di sisi lain, alam dan keanekaragaman Indonesia juga menarik bagi Singapura,” tambahnya.

Sementara itu, Rektor Uhamka Prof. Dr. Suyatno, mengatakan Indonesia sering mengkhawatirkan media asing yang senang memberitakan Indonesia dari sisi negative, seperti masyarakat muslimnya yang tidak toleran, padahal muslim Indonesia sangat toleran. (dbs)