Banda Aceh — Pemerintah Aceh kini mempunyai perencanaan sebagai investasi ke depan bagi PT. Kertas Kraft Aceh (KKA), sebuah perusahaan kertas Aceh yang pernah terhenti pengoperasiaanya akibat terbatasnya bahan baku, di antaranya adalah pemulihan kembali operasioanl pabrik kertas tersebut.

“Antara lain dengan rehabilitasi 46,800 hektare hutan tanaman industri (HTI) pinus milik Tusam Hutani Lestari untuk menjamin pasokan KKA,” kata Gubernur Aceh Zaini Abdullah, di pendopo Gubernur Aceh, di Banda Aceh, Kamis (13/09).

Selain itu, katanya dalam pertemuannya dengan rombongan Tim Floresta tentang program berkelanjutan dan konservasi Lauser (Program PBK lauser) tersebut, juga penetapan 12.000 hektare pinus komunitas untuk mendukung pasokan KKA, serta rehabilitasi 35.000 hektare perkebunan milik PT. Aceh Nusantara Indrapuri.

Salah satu program prioritas Aceh ke depan adalah pembangunan dalam bentuk pengembangan indutri baik dalam sekala kecil maupun besar, salah satu industri yang akan di kembangkan adalah industri kertas.

Dimana industri ini dulunya pernah beroperasi dan kemudian terhenti karena ketersediaan bahan baku berupa kayu sangat terbatas. Pada saat pengoperasiannya dulu, bahan baku yang dijadikan sebagai kertas diimpor dari luar berupa pulp (bubur kertas) dan selanjutnya akan diproses menjadi kertas.

Kehadiran infestor asing ini adalah untuk mendukung pengembangan industri tersebut di bidang pengolahan kayu dengan merehabilitasi 20.000 hektare perkebunan milik komunitas industri penggilingan kayu lokal, dan penyediaan bahan bakar alternatif (TBF atau Torrefied biofuel) bagi stasiun pembangkit listrik berbahan batubara.

Program kemitraan publik-swasta konservasi Lauser ini akan menciptakan lapangan kerja untuk 30.000 orang, dimana akan membangun sebuah industri baru dan membiakkan konservasi alam yang ada di Aceh.

Hadir pada kesempatan itu Wali Nanggroe, Malik Mahmud, beberapa kepala SKPA terkait serta pihak-pihak perusahaan PT. KKA. (infopublik.org)