Banda Aceh – International Organization for Migration (IOM) melalui program Strengthen Economic and Development of Aceh (SEDA) mendirikan sekolah lapang untuk memberi peningkatan pengetahuan kepada para petani kopi yang ada di dataran tinggi Gayo.

Konrad Cios, Project IOM-SEDA, mengatakan sedikitnya 1.000 petani kopi di dataran tinggi Gayo sudah mendapatkan penguatan pengetahuan tentang bagaimana caranya bertani dan menghasilkan biji kopi yang berkualitas.

“Program ini dijalankan dengan bantuan dana hibah multidonor trust fund pada proyek pengembangan ekonomi aceh (ADFF), dan hingga saat ini sudah berjalan lebih dari setahun dan proyek ini akan segera berakhir,” jelasnya, saat menyaksikan persiapan malam grand final Miss Coffee Aceh, Sabtu ( 19/5/2012).

Hasilnya, sebut Konrad, saat ini para petani kopi di dataran tinggi Gayo yang meliputi Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, sudah lebih memahami cara menghasilkan biji kopi yang berkualitas.

“Sistem sekolah lapang ini sangat dipadukan dengan pemahaman-pemahaman lokal, dan pembelajaran diberikan secara berantai dan bergulir, di mana ada satu petani mendapat ilmu baru, maka ia akan langsung membagikannya kepada para petani yang lainnya,” jelas Konrad.

Saat ini, sebut Konrad, para petani di Gayo bisa menghasilkan 60.000 ton kopi jenis arabika per tahun. “Selain itu, kopi arabika asal Aceh, kini juga dijadikan sebagai bahan baku oleh Starbucks di Seattle Amerika Serikat. Dan kopi-kopi itu dikirim kembali ke berbagai gerai Starbucks di Indonesia, dan kopi itu pun kembali dinikmati oleh masyarakat Indonesia termasuk Aceh,” katanya.

Sangat diharapkan masyarakat di Aceh juga bisa meningkatkan pemahamannya tentang bisnis kopi. “Dan lewat ajang pemilihan Miss Coffee Aceh, sosialisasi tentang kopi aceh ini bisa lebih luas,” ujarnya. IOM mulai melatih petani kopi di dataran tinggi Gayo, melalui sekolah lapang sejak pada 2011 dan akan berakhir pada Agustus 2012 yang akan datang. (kompas)