Jakarta — Peluang industri minuman di Indonesia khususnya kelas menengah untuk bisa masuk pasar dunia sangat besar. Hanya saja menurut Direktur Pelaksana Pameran Messe München International Jerman, Reinhard Pfeiffer, industri ini harus ditumbuhkan dari hulu ke hilir.

“Memang, harus dikembangkan infrastrukturnya, termasuk, penguasaan teknologi dan permesinan yang memadai,” ungkapnya di sela keterangan pelaksanaan pameran Drinktec pada 16 – 20 September lalu..

Kondisi dan pertumbuhan industri makanan dan minuman tahun ini ditargetkan hanya 8 persen. Lebih tinggi dari pencapaian pertumbuhan 2012 yang 7,74 persen.

Untuk partisipan dari Indonesia di pameran ini bergerak di bidang industri bir, minuman ringan dan jus buah, industri susu dan makanan cair sekitar 133 peserta.

“Ini sangat prospektif mengingat pertumbuhan permintaan industri minuman di wilayah Asia cukup tinggi karena bertambahnya penduduk usia muda dan berpenghasilan menengah sekaligus memicu tumbuhnya industri makanan dan minuman.”

Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adi S. Lukman, industri minuman Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara lain. Untuk mengejarnya, harus ditumbuhkan industri hulu seperti dari tingkat pertanian (on farm) dan juga industri penunjangnya, terutama untuk ekstraksi sayur dan buah-buahan.

“Saat ini saja industri pendukung masih banyak tertinggal seperti pengenalan teh, kopi memang sudah agak lama dikenal di dunia. Tetapi untuk industri juice, minuman sayur dan buah Indonesia masih tertinggal dibanding Malaysia, Thailand, dan Singapura. Bahkan industri pendukung seperti bahan atau ekstraksi buah dan sayur-sayuran saja 50 persen masih harus diimpor.”

Secara umum kata Adi, pertumbuhan industri minuman lebih tinggi, bahkan di atas 10 persen karena permintaan yang tinggi dan juga berkembangnya bidang usaha restoran, kafe, hotel, dan dukungan dari bidang pariwisata. (harianterbit.com)