Sydney — Sejak bulan Febuari lalu, Australia telah memiliki indeks saham syariah, yang dibeli nama “Islamic Australia Index”. Indeks ini digagas oleh perusahaan finansial global, “Thomson Reuters” dan “Crescent Wealth”, lembaga pengatur investasi berlandaskan hukum Islam.

Menurut kepala pasar saham dari Thomson Reuters, Dr Sayd Farook, Islamic Australia Index menampung saham-saham dari perusahaan-perusahaan yang sejalan dengan nilai-nilai Islam.

“Kita menghindari investasi di perusahaan yang secara moral berbahaya, perusahaan produsen senjata, pornografi, alkohol,” ujar Dr Sayd.

Ia juga mengatakan perusahaan-perusahaan yang dipilihnya pun harus dinyatakan memiliki jumlah utang tertentu setelah dilakukan penilaian secara kuantitatif.

Talal Yassine, juru bicara dari lembaga keuangan Crescent Wealth, menjelaskan beberapa perusahaan yang berpotensi memiliki hutang yang banyak, seperti perusahaan hiburan, penyiaran, dan bank, tidak termasuk dalam daftar Islamic Australia Index.

“Juga karena bank memberikan pinjaman dan berbunga. Karenanya kita harus mencegah perusahaan yang berpotensi memiliki hutang. Di Bursa Saham Australia, 30-35 persen dari perusahaan yang tercatat adalah berasal dari sektor keuangan, hingga menyedot semua sektor. Artinya adalah menghindari perusahaan-perusahaan yang beresiko, juga beresiko terhadap moral,” ujar Talal.

Karenanya perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Islamic Australia Index adalah mayoritas perusahaan-perusahaan minyak dan pertambangan.

Ekonomi syariah memang mendapatkan sorotan dalam industri perbankan.

“Secara global, nilai keuangan syariah senilai AS$1 triliun dengan perkembangan mencapai 15 hingga 20 persen. Di Australia sendiri, sektor keuangan syariah sudah bernilai AU$ 8 miliar,” ungkap Dr Sayd.

Menurut Dr Sayd, lembaga keuangan syariah ini tidak selalu untuk umat muslim. Penawaran konsep yang berbeda dari sistem ekonomi yang ada sekarang, membuat ekonomi syariah menjadi tren baru.

“Banyak orang-orang di luar Islam, termasuk dari Cina, yang merasa sistem ekonomi syariah lebih masuk akal. Mungkin karena elemen kerjasama yang menguntungkan, dimana ekonomi syariah memiliki aturan bagi hasil, sehingga kita selalu berada dalam level yang sama dengan bank. Lebih adil,” jelas Dr Sayd.

“Jika dibandingkan dengan sistem perbankan yang ada sekarang, semua soal pinjaman dan hutang.”

Dipilihnya Australia untuk indeks syariah ini disebabkan karena Australia yang rentan dari gejolak ekonomi dan politik.

“Australia sangat unik, karena bisa menggabungkan pasar keuangan dan peraturan yang sangat kuat, serta dekat dengan pasar yang paling kuat, yakni Asia. Selain itu, Australia juga cukup jauh dari beberapa wilayah yang paling sering bergejolak,” jelas Dr Sayd.

Dengan kelebihan ini, maka akan membuat orang tertarik untuk berinvestasi karena Australia selalu dianggap aman. (ABC Radio Australia)