Langsa – Pasca Hari Raya Idul Fitri 1432 H, harga sejumlah komoditas pertanian di Kota Langsa merosot dibandingkan jelang Lebaran beberapa waktu lalu. Kondisi ini jelas sangat memengaruhi perekonomian para petani.
“Saat ini harga komoditi pertanian jenis karet di tingkat pengumpul mulai mengalami penurunan, dibandingkan beberapa minggu lalu atau tepatnya menjelang Lebaran,” sebut Amat (34), salah seorang petani karet di Kota Langsa, kepada MedanBisnis, di kediamannya, Kamis (15/9).
Dijelaskannya, saat ini harga karet di tingkat pengumpul menurun tajam yakni menjadi Rp 16.800 per kg, dari harga sebelumnya Rp 17.000 hingga Rp 18.000 per kg. Kondisi ini benar-benar membuat resah petani karet.
“Coba Anda bayangkan, biasanya setiap minggu saya memperoleh penghasilan sebesar Rp 680.000, akan tetapi kini dengan harga karet yang terus menurun maka saya hanya memperoleh penghasilan Rp 500.000 setiap minggu,” ujarnya.
Menurutnya, jika kondisi ini berlangsung lama, maka masyarakat yang menumpukan hidupnya dari penjualan hasil karet mau tidak mau harus mencari pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan. Jika tidak, penghasilan saat ini tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Untuk itu dia berharap pemerintah pusat maupun daerah segera mencari solusi untuk mengatasi kondisi seperti sekarang ini. Karena bagi masyarakat yang perekonomiannya menengah ke bawah, kondisi ini sangat memberatkan dan membuat resah masyarakat.
Hal senada juga dikatakan salah seorang petani kakao, Kusnaidi. Dimana saat ini harga kakao di tingkat pengumpul menjadi Rp 15.000 hingga Rp 17.000 per kg, dari harga sebelumnya Rp 18.000 per kg.
Untuk mendapatkan harga Rp 17.000 harus dilihat dari kadar keringnya kakao tersebut, jika masih basah agen pengumpul hanya mau membeli dengan harga Rp 15.000 per kg.
“Jika sudah benar-benar kering, maka agen pengumpul berani membeli dengan harga Rp 17.000 per kg,” sebutnya. [mbd]
Belum ada komentar