Oleh Rachmad Yuliadi Nasir

ANDA semua pasti ingat Martunis seorang anak yang selamat setelah terdampar dari gelombang Tsunami Aceh 26 Desember 2004 yang lalu. Saat Tsunami mengempas Aceh pada 26 Desember 2004 silam, Martunis yang saat itu duduk di kelas III SD berusaha menyelamatkan diri bersama ibu dan dua saudaranya dengan menumpang pikap. Ketika itu Martunis masih mengenakan kaus tim nasional Portugal bajakan.

Ketika digulung ombak tsunami, pikap tenggelam. Martunis, ibu, dan dua saudaranya tenggelam bersama kendaraan yang ditumpangi. Namun, keajaiban seperti terjadi pada Martunis. Bocah itu muncul ke permukaan air.

Martunis selamat setelah meraih sepotong kayu, lalu mengapung-apung. Kemudian, dia berpindah ke kasur yang melintas di dekatnya. Kasur kapuk itu pun tenggelam. Martunis lalu memanjat sebatang pohon untuk bertahan hidup. Dia selamat setelah terseret arus tsunami yang kembali ke laut dan terdampar di kawasan rawa-rawa dekat makam Tengku Syiah Kuala.

Setelah 21 hari bertahan, penduduk menemukan Martunis pada 15 Januari 2005. Warga menyerahkan dia kepada awak televisi Inggris yang kebetulan meliput di wilayah itu. Dalam sekejap, gambar dan kisah Martunis beredar di stasiun televisi Eropa dan terkenal di seluruh dunia.

Martunis pun mendapat simpati bintang top sepak bola Portugal seperti Luis Figo, Nuno Gomes, Cristiano Ronaldo, pelatih Luiz Felipe Scolari, serta Gilberto Madail, ketua Federasi Sepak Bola Portugal.

Pada Juni 2005, didampingi ayahnya, Sarbini, dan Teuku Taharuddin, dokter yang mendampingi, berkunjung ke negara Portugal dan mendapatkan hibah uang 40 ribu Euro atau lebih dari 500 juta rupiah.

Martunis dan Sarbini beberapa kali diundang ke Portugal, Inggris, dan Kanada untuk menghadiri berbagai acara. Dia bahkan sempat muncul ke tengah lapangan hijau dengan dipeluk Presiden FIFA Sepp Blatter saat timnas Portugal bertanding lawan timnas Slovekia pada 2006 silam.

Selama terdampar, Martunis hanya makan makanan yang hanyut di dekatnya, ada roti, kue, mie, air mineral botolan, biskuit dan lain sebagainya. Ada hal yang menarik di sini, ternyata kita bisa hidup 21 hari tanpa makan nasi.

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 29 Maret 2012. Rachmad melakukan riset/penelitian, apakah benar kita dapat bertahan hidup selama 21 hari tanpa makan nasi. Karena bagi sebagian besar manusia yang terbiasa makan nasi, mereka mengatakan belum makan bila belum makan nasi.

Selama 21 hari Rachmad tidak makan nasi untuk mengenang korban Tsunami Aceh yaitu martunis ini. Yang berat tentu saja bila menghadiri acara-acara seminar atau diskusi, banyak tantangannya.

Akhirnya 21 hari berhasil Rachmad lewati tanpa makan nasi. Rachmad hanya makan apa saja selain nasi seperti kue, roti, gorengan, kacang, snack lainnya, sayur dan lauk-pauk saja serta buah-buahan.

Rencananya riset untuk 100 hari, tetapi memasuki hari ke-22, ada teman-teman yang sedang diskusi tiba-tiba mereka membawa makanan berat berupa nasi lengkap, jadi Rachmad lupa dan batal mencapai angka 100 hari.

Setelah itu besoknya Rachmad sambung lagi 7 hari tanpa makan nasi, biar genap sebulan.

Pada awal bulan Mei 2012, Rachmad melakukan donor darah, hasilnya HB bagus, tekanan darah normal. Bila sewaktu-waktu Rachmad tidak makan nasi, berarti lagi riset.

Sekarang terhitung tanggal 27 Desember 2012, Rachmad mengenang korban Tsunami Aceh dengan tidak makan nasi selama 21 hari lagi, semoga kuat ya. (kabarindonesia.com)