Jakarta — Setelah begadang nonton tim jagoannya, Prancis, Mendikbud Mohammad Nuh kemarin pagi (12/6), sidak SNMPTN jalur ujian tulis. Dari laporan sementara, SNMPTN hari pertama berjalan lancar. Di kesempatan itu, Nuh terus mengingatkan sejumlah rektor PTN bahwa SPP kuliah tahun ajaran baru nanti tidak boleh dinaikkan.

Sidak yang dijalankan kemarin terpusat di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Di kampus yang didominasi calon guru itu, Nuh juga sempat memantau pelaksanaan ujian para peserta yang berkebutuhan khusus. Rata-rata para peserta ini mengalami gangguan penglihatan.

Dalam praktiktnya, peserta ini tetap mendapatkan lembar soal seperti peserta normal lainnya. Mereka tidak mendapatkan soal dalam bentuk huruf Braille. Sebagai gantinya, setiap peserta didampingi dua orang mahasiswa untuk membacakan soal sekaligus membantu membubuhkan jawaban yang ditentukan peserta. “Sampai saat ini, belum ada laporan gangguan yang mencolok,” tandasnya.

Nuh menuturkan belum ada laporan SNMPTN jalur ujian tulis seperti peserta menyontek atau praktik perjokian dari panitia lokal (panlok). Dia berharap, praktik perjokian bisa hilang dari SNMPTN jalur ujian tulis ini. Sehingga, kredibiltas SNMPTN jalur ujian tulis semakin meningkat.

Dalam kesempatan ini, Nuh didampingi sejumlah rektor. Mereka adalah Rektor UNJ Bedjo Sujanto, Rektor UI Gumilar R. Somantri, Rektor ITB Akhmaloka, dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat.

Di hadapan para rektor ini, Nuh kembali mengingatkan supaya SPP atau biaya sejenisnya yang dibebankan kepada mahasiswa tahun ajaran 2012-2013 tidak dinaikkan dibandingkan tahun lalu. Nuh mengakui jika selama ini kampus sering beralasan mereka kekurangan biaya operasional, sehingga harus menaikkan kampus.

“Menutup beban biaya operasional dengan menaikkan SPP mahasiswa itu memang cara yang sangat mudah. Tapi kami berharap bukan cara ini yang dipilih,” tutur menteri asal Surabaya itu.

Nuh menjelaskan, kampus-kampus tidak perlu khawatir terhadap kebutuhan biaya operasional mereka.

Dia mengusulkan supaya kampus lebih rajin menjalin kerja sama dengan pemda atau dunia industri. Kerja sama bisa berwujud pelatihan, penelitian, atau sejenisnya. “Jadi jika tahun ini hasil kerjasama dengan pihak lain bisa bernilai Rp 5 miliar, tahun ini depan harus meningkat jadi Rp 10 miliar,” tegas Nuh.

Sementara itu, pemerintah dalam hal ini Kemendikbud tidak akan meninggalkan begitu saja jerih payah kampus yang berhasil menggenjot nilai kerjasama dengan pihak lain itu. Nuh berjanji pihaknya akan menggerojokkan dana insentif bagi kampus-kampus yang kreatif itu. Upaya kampus menggenjot pendapatan dari kerjasama dengan pihak lain ini juga tidak rawan dari protes atau demonstrasi mahasiswa.

Nuh mengibaratkan, sama-sama ingin mendapatkan tambahan uang Rp 1 miliar per tahun, kampus harus memilih mencarinya dari kerja sama dengan pihak lain. Dia tidak memungkiri cara ini menghadirkan tantangan atau kesulitan tertentu. “Kalau dengan menaikkan SPP itu adalah cara yang mudah. Tapi itu tadi, pasti bakal repot karena akan didemo mahasiswa,” tandasnya. (jpnn)