Banda Aceh — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Barat menargetkan daerah tersebut menjadi sentra pengembangan dan pemasaran karet untuk Propinsi Aceh. Untuk mempercepat terwujudnya maksud tersebut, pihak pemerintah daerah (pemda) akan bekerja sama dengan investor asal Thailand.

Konon lagi, pemerintah “Negara Gajah Putih” tersebut menilai lintasan pantai barat Aceh cukup prospektif dijadikan jalur perdagangan, karena hasil produksi alam di wilayah tersebut mencukupi dan mencapai target ekspor bila produksi karet dari kabupaten tetangga terkumpul di situ.

“Karena itu, Pemkab Aceh Barat akan terus fokus pada pengembangan perkebunan karet sekaligus membentuk kerja sama lintas sektoral dengan kabupaten tetangga untuk mencapai target yang diharapkan investor luar,” kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Barat, Teuku Helmi yang dihubungi Selasa (4/09).

Dikatakannya, jika investor luar masuk tidak akan sulit menjadikan daerah “Bumi Teuku Umar” ini sebagai sentra pemasaran karet basah. Apalagi pada tahun 2012 ini pemerintah kabupaten mengalokasikan pengembangan karet di 12 kecamatan. Setiap kecamatan memperoleh bantuan bibit serta biaya pembersihan lahan bagi seluas 90 hektare per kecamatan.

Luas areal perkebunan karet di Aceh Barat saat ini mencapai 25.000 hektare lebih yang sudah berproduksi, baik kebun rakyat bantuan pemerintah maupun milik masyarakat, dengan produksi per bulan melebihi 1.000 ton dan volume ekspor 25 ton per minggu melalui Kota Medan, Sumatera Utara.

Helmi mengungkapkan, dalam sebuah pertemuan pada tahun 2011, Pemerintah Thailand mengharapkan agar Aceh Barat dapat menjadi sentra pemasaran karet. “Kalau Aceh Barat bisa menjadi sentra karet bagi Aceh, dipastikan investornya bersedia mendirikan pabrik pengolah karet berkelas internasional di sini, yang kemudian pabrik tersebut nantinya menampung seluruh karet di Aceh untuk diekspor langsung ke negara mereka,” ungkapnya.

Menurut Helmi, di wilayah pantai barat Aceh, Kabupaten Aceh Barat merupakan penghasil karet terbesar. Per minggu produksinya mencapai 40,6 ton.

Butuh Areal 25.000 Ha

Dipaparkan lagi, untuk membangun sebuah pabrik pengolah bahan baku karet setengah jadi, Aceh Barat masih membutuhkan produksi dan perluasan areal perkebunan 25.000 hektare, setara yang dimiliki saat ini.

Meski demikian, Helmi menyebutkan, langkah awal menuju hadirnya pabrik pengolah karet berkelas dunia sudah dimulai. Sebab sebuah perusahaan bernama PT Potensi Bumi Sakti (PBS) sudah mendirikan satu pabrik pengolah bahan baku karet mentah di Kecamatan Woyla, sebagai upaya memutuskan panjangnya mata rantai penjualan karet di tingkat petani.

“Kita di sini sedang menanti hasil koordinasi dinas di Propinsi Aceh, kapan investor luar itu mulai bekerja, karena kami di Aceh Barat sudah cukup siap dengan apa yang mereka butuhkan,” tegasnya. (Medan Bisnis)