Lhokseumawe — Pihak PT PLN sebagai calon pemakai gas belum menandatangani keputusan investasi akhir (KIA) dengan PT Pertamina, sehingga program regasifikasi PT Arun NGL di Lhokseumawe, Provinsi Aceh, belum berjalan.

“Rencana regasifikasi sudah final, tapi belum bisa bekerja, karena KIA-nya belum diteken. Pihak Pertamina sudah tandatangan, sedangkan PLN sendiri belum,” kata President Director PT Arun NGL Iqbal Hasan di Lhokseumawe, Kamis (10/1).

Menurut Iqbal, PLN sebagai calon pemakai gas perlu duduk bersama dengan Pertamina guna menyegerakan penandatangan pembelian gas tersebut.

“Kalau dia (PLN) tidak beli, mau dibawa kemana regas ini kedepannya, karena pemakai utama adalah mereka,” ujar Iqbal.

Sementara itu, Vice President Director PT Arun NGL Fuad Buchari menambahkan, dalam rangka peralihan fungsi kilang PT Arun menjadi sejumlah industri lainnya, saat ini sedang dilakukan pipanisasi dari Lhokseumawe ke Belawan, Sumatera Utara.

“Kami dengar saat ini dalam proses kualifikasi, kalau tidak salah tendernya sekitar Mei 2013,” katanya.

“Ini bukan wewenang PT Arun, tapi anak Pertamina yaitu Pertagas,” tambahnya.

Fuad Buchari menambahkan, kegiatan lainnya di bawah Pertamina yang sudah diminta keterlibatan PT Arun yaitu front end engineering design (FEED) untuk elpiji transitment.

PT PLN juga akan membangun power plant 200 megawatt di komplek kilang Arun. Lahan untuk pembangkit listrik tersebut berstatus pinjam pakai dan sudah dibahas dengan Dirjen Kekayaan Negara. PLN juga sudah memulai proses tender sejak dua bulan lalu yang diikuti peserta tender internasional.

“Untuk kelangsungan PT Arun dan perekonomian Aceh, kita juga sedang mewacanakan pembangunan industri lainnya seperti kilang bahan bakar minyak, elpiji transitment, industri serabut kelapa,” kata Fuad. (ant)