Jakarta, Seputar Aceh – Meski sudah lebih baik ketimbang masa Orde Baru, kebebasan pers di Indonesia ternyata masih dalam kategori buruk. Menurut Indeks Kebebasan Pers 2009, yang dirilis Reporters Without Borders (RSF), Indonesia menempati posisi 100 dari 175 negara di dunia.
Tapi, meski belum mencapai papan tengah, Indonesia jauh lebih baik dari negara-negara lainnya di Asia Tenggara. Myanmar, misalnya, yang dikuasai pemerintahan junta militer, menempati rangking yang nyaris paling bawah, yakni 171 dari 175 negara.
Oleh RSF, Myanmar dideskripsikan sebagai “Surganya sensor”. Di sana, publikasi media apapun harus melewati mekanisme sensor oleh pemerintah. Setelah Cina dan Kuba, Myanmar adalah negara yang paling banyak memenjarakan jurnalis dan blogger.
Vietnam menempati rangking 166 dari 175 negara. Menurut deskripsi RSF, Vietnam tidak memiliki media independen. “Pers, baik koran, majalah, televisi dan radio, semua di bawah kontrol Hanoi,” sebut laporan itu. Belasan jurnalis kini dipenjara di Vietnam.
Laos menempati posisi 169, kemudian Filipina yang juga mendukung kebebasan pers, menempati posisi 122. Kebebasan pers di Filipina bercela, karenaa dua jurnalis terbunuh dalam 12 tahun terakhir.
“Kebebasan media memang ada, tapi resiko kekerasan terhadap junalis masih tinggi. Pulau Mindanao (Thailand Selatan) saat ini adalah wilayah paling berbahaya bagi jurnalis”. Thailand menempati posisi 130, kemudian Singapura 133 dan negeri jiran Malaysia, yang dikenal mengontrol ketat persnya, menempati rangking 131. [sa-viva]
Belum ada komentar