Banda Aceh – Para sopir armada angkutan barang (truk) mengeluhkan masih adanya pungutan liar yang dilakukan orang-orang berpakaian preman di perbatasan Provinsi Aceh-Sumatera Utara hingga menjelang Kota Medan.

“Kami tidak tahu apakah mereka petugas keamanan atau preman, yang jelas setiap melewati Aceh Tamiang, atau tepatnya sudah memasuki wilayah Sumut maka orang berpakaian preman itu meminta sejumlah uang kepada kami,” kata salah seorang sopir truk, Suhaimi di Banda Aceh, Jumat (6/8/2010).

Tidak hanya di lintasan Aceh Tamiang-Medan, aksi pungli orang-orang berpakaian preman juga dikeluhkan sopir angkutan barang di kawasan Sumut lintas Kota Subulussalam, Provinsi Aceh.

“Setiap pos kami diminta untuk menyerahkan uang antara Rp1.000-10.000, bahkan hingga ratusan ribu rupiah,” katanya menambahkan.

Menurutnya, pos pungli tersebut sebenarnya sudah berkurang beberapa waktu lalu namum kini marak kembali terutama pada malam hari.

Aksi pungli itu berdampak penambahan biaya operasional jasa transportasi darat dari Sumut ke Aceh, sehingga terjadi kenaikan harga barang terutama kebutuhan masyarakat di provinsi berjuluk Serambi Mekah itu, terutama menjelang puasa Ramadhan 1431 Hijriyah.

“Kami berharap pihak terkait terutama dari kepolisian untuk memberantas aksi oknum yang berpakaian preman tersebut,” kata dia.

Didampingi sejumlah sopir angkutan barang lainnya, Suhaimi menyatakan para sopir sebenarnya tidak keberatan kalau hanya diminta seikhlasnya, tapi terkadang mereka yang menentukan hingga ratusan ribu rupiah.

“Kalau hanya sekadarnya saja tidak masalah, tapi kalau tidak mau membayar, kami dipaksa membongkar muatan dan dibentak-bentak,” katanya.(*/ant)