Seputaraceh

Tersangka teror di Aceh wajah baru

AP Photo/Heri Juanda

Markas Besar Kepolisian RI menyatakan belasan orang yang ditangkap di Aceh dengan sangkaan terlibat terorisme merupakan anggota baru dalam jaringan teror Indonesia.

Dari 14 tersangka yang ditahan saat ini, tidak ditemukan jejak mereka dalam lingkaran jaringan teror yang pernah ada sebelumnya.

Akan tetapi, pakar masalah terorisme Asia Tenggara yang juga pernah melakukan penelitian tentang Jemaah Islamiyah (JI), Sydney Jones, berpendapat rombongan yang ditangkap di Aceh itu bukan kelompok baru melainkan gabungan dari berbagai jaringan yang ada di Indonesia.

“Kelompok gabungan dari unsur-unsur yang sudah dikenal seperti Darul Islam (Negara Islam Indonesia), Ring Banten yang ikut dalam pemboman kedutaan Australia di Jakarta pada tahun 2004,” kata Jones.

“Ada juga orang dari JI dan ada pula dari kelompok yang berafiliasi dengan Wahda Islamiyah di Makassar.”

Menurut Jones, Wahda Islamiyah bukan kelompok teroris namun dianggap sebagai “orang tua” dari Laskar Jundullah semasa konflik di Poso, Sulawesi Tengah.

Kantor berita Associated Press di Jakarta melaporkan Jum’at (5/3) dini hari bahwa aparat kepolisian di Aceh terlibat tembak menembak dengan tersangka kelompok militan di Aceh, beberapa jam setelah kepolisian RI mengumumkan penangkapan itu di Jakarta.

Merencanakan Teror

Polisi mengaku punya cukup bukti yang menunjukkan mereka tengah merencanakan aksi teror.

Polisi mengatakan warga sekitar mendengar bunyi tembakan dan letusan dari bukit-bukit di Janto di Aceh Besar pada pertengahan Februari lalu.

Polisi mengejar para pelaku dan dalam beberapa kali upaya penangkapan berhasil menahan 15 orang, termasuk seorang yang kemudian tewas akibat tembakan polisi.

Menurut Juru bicara Mabes Polri, Inspektur Jendral Erward Aritonang, mereka yang ditangkap kini dikenai status tersangka karena polisi menemukan bukti mereka berlatih untuk mempersiapkan aksi teror.

Edward menolak membeberkan bukti yang disebutnya, namun mengatakan para tersangka belum diketahui masuk jaringan teror mana pun yang sudah diketahui selama ini.

Dari pengakuan para tersangka menurut polisi ada yang berasal dari Pandeglang, Banten, serta Aceh sendiri.

Dari para tersangka disita empat pucuk senjata api beserta peluru, granat serta atribut militer, seperti seragam dan tenda.

Polisi sampai kini masih mengejar sejumlah tersangka lain yang diduga merupakan anggota jaringan penyedia logistik dan penyusun rencana latihan semi militer tersebut.

Dalam salah satu upaya penangkapan dua warga sipil Aceh tewas tertembak. Polisi mengatakan masih dilakukan penyidikan untuk memastikan apakah mereka tewas akibat tembakan aparat atau para tersangka.

Barisan Sakit Hati

Sydney Jones mengistilahkan para tersangka yang ditangkap polisi itu sebagai “barisan sakit hati”, yang marah karena organisasi-organisasi mereka seperti JI tidak menolong Nurdin M Top ketika dia memerlukan bantuan sewaktu dikepung kepolisian tempo hari.

“Yang kami dengar, setelah Nurdin tertembak ada beberapa orang yang merasa sangat marah dan sangat resah,” kata Jones.

Jones mengaku pernah mendapat kabar tentang pertemuan kelompok ini di Jakarta yang meliputi wakil dari kelompok-kelompok tersebut, yang ingin melanjutkan perjuangan Nurdin M Top.

Mengapa Aceh

Dalam percakapan dengan BBC Indonesia, Sydney Jones mengatakan kelompok ini melakukan latihan di Aceh kemungkinan bermaksud untuk menghindari deteksi pihak keamanan.

“Mungkin mereka cari tempat di luar Jawa karena di Jawa sudah terlalu ketat pengawasan kepolisian,” kata Jones.

Tetapi ada juga kemungkinan bahwa mereka menyangka bisa berteman dengan para mantan anggota Grakan Aceh Merdeka (GAM) supaya mereka dilindungi.

“Tapi,” kata Jones, “Saya yakin kalau kelompok ini diketahui keberadaannya oleh polisi karena ada laporan masyarakat atau orang-orang eks-GAM yang ada di situ.”

Sydney Jones juga menyatakan keyakinannya bahwa para mantan anggota GAM tidak akan mau memberikan bantuan atau ikut dalam tindak teroris karena GAM sejak awal menentang kelompok-kelompok jihad.

“GAM itu berhaluan sangat nasionalis Aceh, dan lebih kuat melawan kelompok-kelompok ekstrem dibandingkan dengan daerah-daerah lain,” kata Jones menambahkan.(*)

(bbc.co.uk)

Belum ada komentar

Berita Terkait