Sawang – Sejumlah masyarakat yang bedomisili di daerah terpencil kawasan pertanian terpadu, Damar Bulan (Araselo) Sawang meminta pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Utara untuk memperbaiki sepanjang satu kilometer jalan menuju ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 25, karena sudah sangat memprihatinkan serta tidak layak lagi sebagai jalan sekolah.
“Kondisi ini sudah berlangsung selama tujuh tahun, sejak gedung sekolah di bangun bersamaan dengan di bukanya kawasan pertanian terpadu pada 2004 pada masa Tarmizi A. Karim menjabat sebagai bupati, tetapi hingga saat ini jalan yang rutin digunakan anak-anak kami untuk pergi ke sekolahnya belum ada perubahan sama sekali,”kata Usman (45), seorang masyaraka Damar Bulan, kepada Analisa baru-baru ini.
Selama ini, untuk menuju ke sekolah siswa-siswi yang manyoritas anak petani setempat terpaksa berjalan kaki hingga satu kilometer setiap paginya dengan melewati jalan berbukit yang menantang agar tiba di sekolah tepat waktu.
Selain bertanjakan, jalan rusak parah dimana beberapa titik terdapat batu-batu yang sering kali terpeleset sepeda motor, sedangkan saat mendaki menuju ke sekolah harus di lewati dengan sangat hati-hati. Apalagi pada musim hujan kondisi jalan sangat becek dan murid harus bermain berlumpur bahkan dewan guru pun terpaksa berjalan kaki hingga satu kilometer untuk mengajar, karena tidak bisa dilewati dengan sepeda motor,” Kalau musim hujan kadang-kadang ada yang tidak kesekolah mengingat kondisi itu,”ungkapnya.
Lebih parah lagi, jika hujan terus menerus maka dapat dipastikan aktifitas belajar mengajar lumpuh total, karena guru tidak bisa tembus ke sekolah disebabkan jalan sangat becek dan berlumpur. Para guru khawatir juga teperangkap di sekolah, karena air mengalir sangat deras dari bukit yang menghayutkan tanah berlumpur yang terkikis dari jalan sehingga sangat sulit dilewati.
Kepala SDN 25 Sawang, Zulkifli S.Pd mengungkapkan, jalan menuju ke sekolah yang sudah berlangsung bertahun-tahun tidak hanya menjadi keluhan masyarakat setempat dan para murid, tetapi dewan guru juga sangat lelah dengan fasilitas jalan sekolah, tetapi mereka tetap semangat mengajar di sekolah tersebut. Begitu juga para murid dan 17 orang guru baik dari PNS, honerer hingga saat ini sangat betah untuk mengajar di sekolah tersebut.
“Kami bukan mengada-ngada, kalau hujan jalan ini sangat sulit untuk dilewati, bahkan isteri mantan gubernur Aceh Darwati yang meninjau sekolah kami beberapa waktu lalu sempat merasakan hal ini dan punya pengalaman tersendiri saat berkunjung ke sekolah kami,”ujarnya.
Sungai Jadi Sarana MCK
SDN 25, saat ini sangat membutuhkan sarana Mandi, Cuci, Kakus (MCK), karena selama ini anak-anak dan dewan guru menggunakan sungai yang berada disamping sekolah sebagai fasilitas MCK. “Ini sudah kami usulkan ke Disdikpora enam bulan lalu tapi belum terealisasi, “ujarnya.
Zulkifli bersama para dewan guru berharap usulan tersebut dapat segera terealisasi demi kepentingan para murid yang sering memanfaatkan sungai sebagai fasilitas MCK,”Ini sangat membahayakan dan mengancam keselamatan siswa-siswi kami,”sebutnya.
Meski sekolah berada di daerah terpencil 27 KM dari pusat Kecamatan Sawang sekolah ini tergolong punya prestasi, buktinya pada tahun 2009 SD tersebut berada di posisi 22 hasil UN dari 33 sekolah tingkat Dasar di Sawang, tahun 2010 rangking 18 dan pada 2011, rangking 16 bahkan seorang gurunya juga pernah menerima piagam penghargaan guru terpencil mewakili Kabupaten Aceh Utara.
SDN 25 terletak di daerah terpencil yang berada 27 Kilometer dari pusat Kecamatan Sawang. Untuk menembus ke lokasi ini, harus berjuang mendaki beberapa tanjakan, serta melintasi jalan yang hanya dilapisi kerikir dan batu-batu kecil. Sementara hanya beberapa tanjakan yang sudah di lapisi aspal. (kdn/Analisa)
Belum ada komentar