Sigli – Aceh hingga kini masih mengalami defisit energi listrik, dari 275 Mega Watt (MW) beban yang dibutuhkan, 70 persen di antaranya masih melalui transmisi Sumatera Bagian Utara (Sumbagut).
“Untuk defisit energi listrik tidak hanya terjadi di Aceh, namun terjadi hampir seluruh wilayah, terutama di luar Jawa. Pascagempa beberapa waktu lalu, seluruh suplai listrik Aceh mengalami gangguan, sehingga terjadi pemadaman. Karena semua pembangkit besar berada di kawasan Sumatera Utara. Pada saat penormalan ada sebagai pembangkit tidak normal, sehingga terjadi pemadaman baik di Aceh, Sumatera Utara maupun Riau,” sebut General Manajer PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh, Zulkifli Qia, Kamis (22/4/2010).
Sejauh ini, kata Zulkifli, pihak PLN Aceh melakukan upaya jangka pendek 2010-2012 dengan sistem penyewaan genset sekitar 70 MW untuk mengatasi defisit seluruh kawasan seperti pantai timur, pantai barat, bagian tengah dan kepulauan. Sedangkan untuk jangka panjang masih menunggu pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Nagan Raya dengan kapasitas 2×100 MW dan PLTA Peusangan 86 MW. Nantinya, Aceh tidak lagi tergantung dengan pasokan listrik dari Sumbagut .
Untuk sementara, lanjutnya, penempatan genset sewaan akan dilakukan pada Juni nanti dan paling besar di Banda Aceh sebesar 30 MW. Di kawasan barat akan ditempatkan di Meulaboh sebesar 8 MW, sedangkan di kawasan lain, kapasitasnya bervarisasi mulai 2 MW. Menurutnya, hal itu merupakan program sementara menunggu selesainya pembangkit di Nagan Raya dan Peusangan. “Inilah yang masih kita impikan agar tahun 2012 Aceh menjadi terang benderang,” katanya.
Zulkifli menambahkan, defisit energi listrik yang terjadi turut diperparah oleh pencurian arus yang kini terjadi di semua wilayah Aceh, terbesar di Banda Aceh, sehingga terjadi losis arus listrik sebesar 14, 58 persen, di antaranya sekitar 7 persen tidak bisa dihilangkan dan 7,58 persen harus dihilangkan.
Soal tunggakan, Zulkifli menyebutkan, untuk awal tahun 2009 saja masih terjadi tunggakan rekening listrik di seluruh Aceh sebesar Rp135 Miliar dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp104 Miliar. Jumlah paling dominan terjadi di Banda Aceh mencapai Rp47 Miliar, sedangkan di Pidie hanya Rp8,3 Miliar.
Pihaknya kini gencar melakukan sosialisasi melalui program Peugleh Gampong di semua Cabang PLN di Aceh. “Sosialisasi dan program Peugleh Gampong cukup efektif dan banyak pelanggan yang sudah sadar melunasi rekeningnya tepat waktu,” tutur GM PT PLN Wilayah Aceh ini.(*/ha/zuk)
sampai kapan aceh defisit listrik….,
dari dulu gak pernah aQ dengar listrik di aceh tanpa masalah…,
selalu janji dan janji yang terdengar,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
apakah masalh listrik gak bisa di atasi…,
harus menunggu rakyat turun ke jalan…………..,
listrik adalah kebutuhan yg sakral di butuhkan hari ini…………,
dan negara wajib memenuhinya………..,
64 tahun sudah merdeka…………….
Ini merupakan suatu keberuntungan bagi PLN ,untuk dapat memberikan alasan-alasan bagi pelanggan.Walaupun tanpa adanya gempa,listrik di ACEH tetap begitu-begitu juga.Intinya dana yang dialokasikan untuk menggantikan mesin yang lama,malah oleh oknum-oknum PLN sendiri dipergunakan untuk memperbaiki mesin tersebut.Nah, kalau sudah begini,sampai kapanpun listrik diaceh tidak akan pernah normal.