Jakarta — Insinyur Indonesia dinilai masih kalah dari sisi jumlah dan kualitas dibandingkan dengan negara-negara kompetitor terdekat di ASEAN di antaranya Malaysia dan Thailand, demikian disampaikan Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak.

“Jumlah insinyur kita sampai saat ini sekitar 600.000 orang untuk semua jurusan, dibandingkan dengan total penduduk kita jumlah itu masih kurang. Jadi harus ditambah baik secara kualitas maupun kuantitas,” kata Wamen PU, Hermanto Dardak, di Jakarta, Senin (26/11), dalam Kongres XIX 2012 Persatuan Insinyur Indonesia (PII).

Ia mencatat setiap tahun penambahan jumlah insinyur dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia hampir mencapai rata-rata 40.000 orang.

Dibandingkan dengan negara kompetitor terdekat yakni Thailand dan Malaysia jumlah itu masing sangat kurang.

“Idealnya kita masih harus menambah sampai setidaknya rata-rata 60.000 orang pertahun agar bisa mengejar ketertinggalan kita,” katanya.

Ia mengakui dari sisi kualitas perlu ada peningkatan kompetensi profesi insinyur agar mampu bersaing dengan dua negara tetangga tersebut.

“Tapi insinyur kita masih unggul dari aspek infrastruktur jalan yang dibangun dibandingkan insinyur Vietnam dan Filipina,” katanya.

PII sendiri, kata dia, telah mengadaptasi standar keprofesional insinyur yang digunakan oleh Australia untuk merintis pemberian gelar keprofesian tersebut kepada para penerimanya di Indonesia.

Profesi insinyur saat ini telah berkembang dalam berbagai bidang kejuruan di antaranya sipil, mesin, listrik, teknik industri, kimia, hingga IT.

Kebutuhan terhadap tenaga insinyur juga dinilai Wakil Menteri PU terus berkembang seiring semakin majunya perkembangan zaman. (ant)