Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi, Zaini Abdullah, Wakil Ketua DPR Aceh Amir Helmi.

Banda Aceh — Kedengarannya agak ironis Aceh sebagai daerah yang melaksanakan syariat Islam, masih terjadi peningkatan penularan kasus HIV/AIDS dari tahun ketahun, sedangkan untuk Indonesia sudah memasuki tahap serius, kalau kondisi ini tidak diantisipasi cepat bisa berdampak buruk pada generasi mendatang.

Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi kepada wartawan usai membuka rapat kerja kesehatan daerah Aceh di Hotel Hermes Palace Banda Aceh, Rabu (25/7)  kemarin. Hadir dalam acar tersebut gubernur Aceh Zaini Abdullah, Wakil Ketua DPR Aceh Amir Helmi dan para kepala dinas tingkat 1 Aceh.

Menurut Menkes terjadi peningkatan kasus HIV/AIDS di Aceh bisa di lihat dari kasus tahun 2011 sebanyak 112 kasus HIV.AID dan tahun 2010 hanya tercatat 71 kasus dan tahun 2009 terdapat 49 kasus, maka  kalau dibandingkan dari tahun ke tahun akan ada peningkatan kasus.

Peningkatan kasus HIV/AIDS, sebutnya, lebih disebabkan oleh perilaku seks bebas di tengah masyarakat, sedangkan kesadaran menggunakan kondom masih rendah. Penularan HIV saat ini kebanyakan disebabkan perilaku seks berisiko, sementara penggunaan narkoba suntik dan heroin dinilai mulai menurun dengan adanya program-program layanan alat suntik steril dan terapi metadon.

“Kalau sudah seks berisiko, tidak ada jalan lain kecuali penggunaan kondom,” katanya.

Namun, penggunaan alat kontrasepsi kondom, kata Menkes, hingga saat ini masih ditentang sejumlah pihak, karena dianggap melegalkan seks bebas. Ia menambahkan, saat ini kasus HIV AIDS masih sulit dicegah karena prilaku seks beresiko yang masih terus terjadi di kalangan masyarakat.

Di samping itu, pemerintah juga masih dihadapkan pada tantangan dalam menyosialisasikan penggunaan kondom di kalangan masyarakat. Banyaknya kasus HIV/AIDS, menjadi tantangan tersulit yang dihadapi Indonesia dalam mencapai millenium development goals (MDGs) 2012.

Selain HIV/AIDS, tantangan lainnya yaitu penularan virus tuberculosis, demam berdarah degue, dan malaria serta angka kematian ibu melahirkan juga masih terbilang tinggi, terutama di daerah terpencil dan kepulauan. (Suara Pembaharuan)