Bireuen, Seputar Aceh – Pasar Grosir Bireuen, yang dibangun dengan dana lebih Rp7 miliar bantuan Badan Rehabilisi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias, hingga kini belum berfungsi maksimal. Bagaimana nasibnya? Semakin tak jelas.

Dalam beberapa pekan terakhir, gedung megah berlantai dua itu sepi. Tanpa pengunjung, tanpa penghuni.

PT Bintang Samudra Aron, mengontrak pasar grosir tersebut dari Pemda Bireuen dengan biaya Rp253 juta per tahun, untuk jangka lima tahun. Sejak Juni lalu, perusahaan yang dipimpin Hasan Syah itu mulai mengkomersilkan pasar tersebut, dengan target sejumlah pengusaha lokal.

Tapi, tidak semua dari 36 kios berukuran di lantai satu gedung itu disewa pedagang. Los seluas 500 meter di lantai dua juga tidak ada peminatnya.

Kabar terbaru menyebutkan los di lantai dua pasar grosir itu akan disewakan kepada Rektor Universitas Al Muslim Amiruddin Idris, yang juga mantan bupati setempat, untuk dijadikan ruang perkuliahan.

Kedua pihak masih bernegosiasi. “Kepastian jadi atau tidaknya Pak Amir menyewa lantai dua itu akan kita lihat dalam beberapa hari ini,” kata Hasan, saat dihubungi Seputar Aceh melalui telepon selular, Selasa (13/10) malam.

Tokoh pemuda Bireuen, Faisal Hasballah, berasumsi pengalihan fungsi pasar grosir menjadi tempat pendidikan akan mengecewakan masyarakat di ibu kota kabupaten tersebut. “Sangat disayangkan jika cita-cita masyarakat untuk menikmati fasilitas pasar grosir tidak tercapai,” ujarnya.

Pasar Grosir Bireuen dibangun awal tahun 2006 oleh Satker Industri BRR Aceh-Nias, semasa Bireuen masih dipimpin Mustafa A Glanggang. Tapi, gedung itu di-serahterima-kan ke pemerintah daerah setempat pada awal tahun ini. [sa-fhs]