RANGKAIAN program Smong Box (kotak tsunami) yang digelar UPTD Museum Tsunami sejak 12 September lalu berjalan lancar dan kini telah memasuki penghujung.

Edisi ke-9 yang lalu berlangsung pada Selasa (5/11/2019) diikuti oleh pelajar dari SMPN 1 Baitussalam Kajhu, Aceh Besar.

Seperti gelaran sebelumnya, para pelajar diajak untuk tour keliling museum, sembari dipandu langsung oleh staf Museum Tsunami untuk memberikan wawasan yang lebih detil terkait fungsi dan ruangan yang ada di museum serta informasi tentang sejarah dari tiap koleksi yang dipamerkan. 

Hanya dalam kegiatan Smong Box, para pelajar ini bisa praktek langsung sambil belajar bagaimana sebuah benda bisa dijadikan koleksi bagi museum.

Dalam sesi belajar dan merawat koleksi, seperti pada biasanya, pelajar akan disajikan tayangan film Toy Story 2 sebagai bahan mereka untuk belajar.

Usai melihat tayangan film tersebut, salah satu dari pelajar akan diminta bercerita kembali tentang apa isi dari film dan mempresentasikan koleksi yang ada di dapam kotak (box) yang telah disediakan oleh staf museum.

Salsabilla misalnya, ia pun bercerita saat menemukan dasi abangnya pada saat tsunami, setelah disimpan beberapa tahun.

“Awalnya sempat menyimpan dasi, kebetulan itu punya abang. Karena sudah lama disimpan, terus tidak tahu mau diapakan. Akhirnya saya menyerahkan ke Museum Tsunami,” pungkas Salsabilla.

Dan yang tidak luput dari rangkaian Smong Box adalah belajar dikelas inspirasi. Dalam kesempatan tersebut menghadirkan Mifta Mardhatillah Mukammil, seorang siswa SMAN 2 Banda Aceh.

Mifta atau yang sering disapa Tata ini pernah menjadi Duta Tsunami 2018 dan ia termasuk delegasi dari Aceh mewakili Indonesia yang hadir ke Jepang pada waktu itu.

Tata sendiri mengangkat tema “Five Step That Will Help You In Achieving Your Dream”, dimana ia memberikan semangat meraih mimpi, dan memotivasi para pelajar ini untuk punya mimpi.

“Karena dari mimpi akan punya harapan dan tujuan,” jelas Tata.

Tata juga ikut berbagi pengalaman saat menjadi Duta Tsunami di Jepang, dimana ia mengunjungi sekolah-sekolah di Jepang dan melihat bagaimana siswa-siswi disana belajar serta dan mengunjungi situs bersejarah di Jepang.

Dari perjalanannya ke Jepang, Tata juga belajar kisah tentang bencana tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi di Ansei-Nankai, Jepang pada tahun 1854.

“Tsunami itu menerjang sebuah kampung kecil di Peninsula Kii (sekarang Hirokawa), sebelah barat Jepang. Seorang kepala kampung di daerah tersebut yang bernama Hamaguchi Goryo, berhasil menyelamatkan seluruh warganya. Cara yang dilakukan Hamaguchi ini terbilang unik. Saat ia melihat arus laut tiba-tiba surut, suatu pertanda bahwa tsunami akan datang,” kisah Tata.

Tanpa berpikir panjang, lanjut Tata, kepala kampung tersebut rela membakar lumbung padi miliknya yang berada di atas bukit. Melihat lumbung padi milik kepala kampung terbakar, warga desa berhamburan berlarian naik ke atas bukit untuk membantu memadamkan api tersebut.

“Tanpa disadari mereka telah terselamatkan dari gelombang tsunami yang datang beberapa saat kemudian. Inilah lahirnya peringatan Hari Kesadaran Tsunami “World Tsunami Awarness Day” yang diperingati setiap tanggal 5 November 2019,” kata Tata.

Edisi ke-10 Jadi Penutup Smong Box

Afra Narifah, siswa dari SMPN 9 Banda Aceh merasa senang bisa ikut Smong Box edisi terakhir dan mungkin itu menjadi salah satu ekskul menarik baginya.

“Senang karena terpilih untuk diajak pada kegiatan ini, wawasan tentang tsunami bisa lebih banyak tahu lagi,” pungkasnya, Kamis (7/11/2019).

Sementara itu, Farah Fadillah juga mengungkapkan kegembiraannya saat diajak naik ke rooftop Museum Tsunami.

“Seru bisa naik keruang evakuasi museum tsunami lantai 4, karena menurut informasi lantai 4 tidak sembarang dibuka untuk umum, beruntung ikut belajar bersama di Smong Box bisa naik ke atas dan melihat keindahan kota Banda Aceh,” sebut Farah.

Koordinator UPTD Museum Tsunami Hafnidar mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pelajar baik tingkat SMP/MTs yang telah ikut serta dalam program Smong Box.

“Kami dari pihak Museum Tsunami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam Smong Box dan tentunya masih banyak kekurangan disana-sini, semoga kedepan program seperti ini bisa terus lanjut untuk mengedukasikan masyarakat terutama bagi pelajar yang ada di Aceh,” jelasnya.

Kehadiran program Smong Box ini, tambah Hafni, menjadi salah satu kesempatan dari museum untuk berbagi dan berinteraksi mulai dari edukasi bencana, melihat koleksi dan berbagi cerita tsunami dan bagaimana smong yang merupakan kearifan lokal di Aceh yang perlu disampaikan kepada publik.

“Smong Box satu-satunya program edukasi museum yang didesain berbeda dari kunjungan pelajar biasanya ke museum, menyuguhkan wawasan bencana plus kearifan lokal, aktivitas teknis museum, menghadirkan interaksi langsung dengan tokoh yang punya capaian prestasi dalam satu kegiatan yang lebih terbuka dan kekinian, dan membuka kesempatan peserta untuk berkolaborasi apapun karya mereka dengan aktivitas museum,” jelas Hafni secara rinci.

Smong Box diharapkan akan menjadi penghubung tak terputus antara museum dan generasi muda, dan menjadi cara menarik generasi muda belajar bencana.