Jakarta – Kurang dari sepekan, beberapa wilayah di Indonesia dilanda gempa bumi. Ancaman terjadinya gempa besar di Indonesia sangat mungkin karena kawasan Indonesia adalah regional ring of fire (cincin api), yaitu kawasan yang sering terjadi gempa bumi dan gunung meletus.

“Probabilitasnya sama, daerah yang ada di sepanjang ring of fire itu mempunyai ancaman dari skala kecil hingga besar,” ujar pakar gempa dari Universitas Indonesia (UI) Abdul Haris saat berbincang dengan detikcom, Senin (16/4/2012).

Haris menjelaskan kawasan ring of fire di Indonesia membentang dari ujung Aceh menurun sampai Selat Sunda terus memanjang sepanjang pantai laut selatan sampai Yogyakarta. Bahkan mencapai ke Banda. Kondisi kerak bumi di bawah wilayah Indonesia merupakan tumpukan dan pertemuan dua lempengan besar, yaitu lempengan Eurasia dan Indo-Australia. Pergerakan di satu titik dalam kawasan lempengan tersebut bisa memicu pergerakan pada titik-titik lain.

“Karena tumpukan dan pertemuan lempeng Indo-australia dan Eurasia itu kita sebut dalam satu region. Jadi kalau satu bergerak, implikasinya terhadap sekitarnya pasti ada. Seperti gempa Aceh, kalau dikait-kaitkan bisa beruntun. Itu memang bisa terjadi kalau bicara regional, Aceh dan selat Sunda itu kan satu zona, yaitu zona subduksi,” jelas Haris.

Namun dia mengatakan implikasi pergerakan antara satu titik ke titik yang lain tidak terjadi secara langsung. Ada rentang waktu yang memerlukan lempengan itu melepaskan energinya. Dia mencontohkan gempa besar di Aceh yang memicu tsunami tahun 2004 dalam rentang waktu juga memicu gempa di wilayah lain seperti Bengkulu, Banten dan Bantul beberapa bulan kemudian.

Jika melihat pola seperti itu, menurut dia, bisa jadi daerah di pantai laut selatan akan dilanda gempa di masa mendatang sebagai implikasi pergerakan lempengan di Aceh dan Selat Sunda, karena masih satu region.

Meski demikian, Haris mengatakan terjadinya gempa tidak dapat diprediksi meski secara global dapat dianalisa polanya berdasarkan data.

“Jadi kalau kita bicara gempa kita tahu belum tahu bagaimana prediksi, kapan terjadinya. Kalau diakait-kaitkan ada kaitannya. Tapi agak susah juga kalau bicara data, karena prinsipnya gempa itu aktivitas geologi, lempengan tektonik. Dari Selat Sunda sampe Aceh itu adalah zona subduksi, tumpukan lempeng. Dan pergerakan lempengan itu sebenarnya hanya 2 cm per tahun. Itu memang kecil sekali pergerakannya. Ini bergerak di bawah samudera menujam di bawah, yang benua di atasnya. Yang menujam di bawah kan lapisan yang dengan temperatur yang tinggi sehingga bisa memicu perusakan dan goncangan,” pungkasnya

Kurang dari sepekan yang lalu, gempa besar berkekuatan 8,4 SR mengguncang wilayah Sumatera bagian utara. Gempa ini telah mengakibatkan 10 orang meninggal dunia. Hingga kini gempa susulan dalam skala kecil terus terjadi. Pada tanggal 15 April dini hari, giliran Pandeglang, Banten digoyang gempa 6 SR. Gempa tersebut sempat membuat panik warga yang tinggal di Ujung Kulon namun tidak sampai menimbulkan korban jiwa. (dtn)