Singapura – Dua nelayan asal Kabupaten Aceh Besar, Nasrudin Hamisupadi Muhidin (35 tahun) dan Azhori Zainu (20 tahun), yang sempat dinyatakan hilang di perairan lepas pantai pulau Weh, Aceh, telah berhasil diselamatkan.
Hal itu disampaikan Sekretaris III Pensosbud KBRI Singapura Prairie Maharwati dalam keterangan pers kepada detikcom, Sabtu (3/3/2012).
Saat ini Nasrudin dan Azhori telah dipulangkan untuk berkumpul kembali bersama keluarga di Indonesia pada Jumat (2/3/2012) dengan pesawat Singapura-Medan dan seterusnya pemerintah Provinsi Aceh akan memfasilitasi perjalanan ke kampung halaman mereka.
Duta Besar RI untuk Singapura Andri Hadi mengatakan bahwa fasilitasi pemulangan kedua nelayan tersebut merupakan bagian dari tugas perwakilan Republik Indonesia dalam hal ini KBRI Singapura untuk melindungi warga negara Indonesia di luar negeri.
Kedua nelayan Aceh itu dikabarkan hilang saat berlayar untuk mencari ikan di perairan lepas pantai Pulau Weh (23/2/2012). Perahu bermesin tempel yang mereka tumpangi mengalami gangguan di tengah laut. Mesin perahu mati total.
Lokasi musibah yang menimpa kedua nelayan tersebut merupakan jalur pelayaran internasional yang dilewati kapal-kapal kargo ukuran besar, namun keberadaan mereka tidak menarik perhatian kapal-kapal yang lalulalang di perairan sibuk tersebut.
Selama empat hari mereka terombang-ambing di lautan lepas. Untuk dapat bertahan hidup mereka mengkonsumsi ikan hasil tangkapan dan menggunakan sarung sebagai layar pengganti mesin, agar perahu tidak karam dihempas gelombang.
Berhari-hari kedua nelayan itu belum pulang telah menimbulkan keresahan anggota keluarga mereka di kampung halaman, sehingga meminta bantuan kepada pemerintah Provinsi Aceh untuk mengkoordinasikan bantuan melalui Basarnas.
Ketidakpastian nasib mereka terjawab ketika pada hari keempat sebuah kapal kargo berbendera Singapura, MV Al-Khaznah, melintas di perairan Pulau Weh (26/2/2012) dan anak buah kapal kargo tersebut melihat kedua nelayan terombang-ambing di tengah laut.
Diperlukan waktu dua jam untuk mengangkat kedua nelayan tersebut ke kapal MV. Al-Khaznah, sebab kapal ini memerlukan dua kali manuver di perairan tersebut untuk memastikan obyek yang akan mereka tolong. Operasi penyelamatan tersebut berlangsung menjelang tengah malam.
Setelah berhasil menyelamatkan kedua nelayan tersebut, kapal MV Al-Khaznah meneruskan pelayaran ke Singapura untuk transit sebelum melanjutkan pelayaran ke Jepang.
Dalam pelayaran ke Singapura, kapten MV Al-Khaznah melaporkan perihal penyelamatan kedua nelayan tersebut kepada otoritas negara terdekat yaitu Singapura dan Indonesia. Kapal kargo tersebut kemudian tiba di Pelabuhan Singapura, Selasa (28/2/2012).
Menurut Koordinator Fungsi Protokol dan Konsuler Fachry Sulaiman, pada hari itu juga KBRI Singapura segera menindaklanjuti proses dokumentasi kedua nelayan tersebut dan memfasilitasi repatriasi mereka dengan menerbitkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP).
“Proses penyelamatan hingga pemulangan dikoordinasikan oleh KBRI Singapura bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, juga dengan Singapura sebagai negara tujuan pertama kapal setelah penyelamatan kedua nelayan tersebut,” demikian Fachry. (dtn)
Belum ada komentar