Banda Aceh (5/1) – Delegasi geusyik dari delapan kabupaten/kota di Aceh dibuat kecewa oleh sikap Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Ali Basyah setelah pejabat tersebut mengusir aktivis perwakilan 11 LSM yang mendampingi para geusyik dalam hearing dan audiensi di aula kantor BPM di Banda Aceh, Rabu (5/1) sore.

Audiensi awalnya berlajan baik. Satu per satu geusyik dari berbagai daerah sedang bersemangat menyampaikan aspirasi mereka terkait keberlanjutan program BKPG dan tuntutan agar jerih (honor) geusyik seluruh Aceh disesuaikan dengan Upah Minimum Provinsi (UMP). Tapi, tiba-tiba Ali Basyah tegas mengatakan dirinya hanya ingin melanjutkan audiensi jika LSM pendamping para geusyik keluar dari ruangan.

Ali Basyah mengatakan ia tidak pernah diberitahu bahwa pertemuan tersebut akan dihadiri LSM. Tapi, perwakilan LSM yang mengorganisir kegiatan tersebut sebelumnya sudah menyampaikan surat. Sejak awal, ketika para geusyik meminta izin untuk bertemu Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Ali Basyah menolak kehadiran LSM.

Beberapa saat sebelum audiensi, setelah para geusyik bertemu dengan pimpinan DPRA, Ali Basyah sudah diberitahukan bahwa para geusyik akan didampingi aktivis dari LSM.

Koordinator delegasi geusyik dan juga Ketua Asosiasi Geusyik Aceh Utara (Asgara), Muksalmina, dalam pertemuan tersebut mencoba mengklarifikasi alasan kehadiran aktivis LSM dalam audiensi. Ia mengatakan bahwa para aktivis adalah pihak yang memfasilitasi kehadiran geusyik dari delapan kabupaten ke Banda Aceh. Tapi, Ali Basyah secara sepihak menolak klarifikasi tersebut.

“Tidak usah klarifikasi. Ini sudah terjadi. Saya ingin LSM tidak ada di sini, baru kita bisa bicara,” kata Ali Basyah di hadapan para geusyik. Ia marah, sambil memukul tangannya ke meja.

Para geusyik kemudian riuh, kecewa. Muksalmina kemudian melanjutkan pembicaraan dan mengatakan bahwa para geusyik tidak akan melanjutkan audiensi tersebut jika aktivis LSM yang mendampingi mereka diusir.

“Dengan tidak mengurangi rasa hormat kami kepada bapak-bapak dari BPM dan biro pemerintahan, saya mewakili semua geusyik yang hadir di sini menyatakan tidak bisa melanjutkan audiensi ini jika LSM tidak diperkenankan berada dalam ruangan ini,” ujar Muksalmina.

Para geusyik kemudian serentak bangun dan meninggalkan ruangan pertemuan dengan wajah kecewa. Muksalmina juga bangkit, tapi ia tetap meminta agar para geusyik tidak berbuat anarkis. Geusyik tidak berbuat apapun dan langsung pergi.

Ketua Asosiasi Geusyik Kabupaten Bireuen (AGKB) Asnawi, menyampaikan kekecewaannya langsung kepada kepala BPM. Ia mengaku kecewa jika pejabat pemerintahan seperti Ali Basyah memperlakukan aktivis LSM seperti itu. Menurutnya, saat ini LSM merupakan unsur yang sangat peduli pada upaya-upaya kebangkitan dan kemandirian gampong.

“Kami ke Banda Aceh bukan digiring oleh LSM. Tapi, kami difasilitasi oleh LSM. Sekarang, pemerintah tidak peduli pada nasib kami, lalu LSM-lah yang membantu kami memperjuangkan kemandirian gampong. Tapi, mengapa sekarang aktivis LSM malah diperlakukan seperti ini,” ujar Asnawi.

“Hari ini, kepala BPM membuat kami kecewa. Kami para geusyik yang mewakili asosiasi geusyik dari delapan kabupaten/kota di Aceh meminta Gubernur Aceh mencopot Kepala BPM Ali Basyah. Kami menolaknya,” ujarnya lagi.

Para geusyik awalnya dijadwalkan bertemu dengan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf. Namun, audiensi dengan gubernur kemudian batal karena pada saat bersamaan Irwandi Yusuf punya agenda lain. Gubernur kemudian mendelegasikan tugasnya kepada Kepala BPM dan Kepala Biro Pemerintahan Aceh. [and-rel]