Jakarta — MER-C akan tetap mempertahankan relawannya di Gaza untuk melanjutkan pembangunan tahap 2 RS Indonesia meskipun Israel tengah gencar melakukan serangan ke wilayah ini. Pernyataan tersebut ditegaskan oleh MER-C kepada media di Kantor Pusat MER-C, Jalan Kramat Lontar, Jakarta Pusat.

Bahkan, apabila eskalasi meningkat, MER-C akan mengirimkan Tim medis dengan spesialisasi bedah ke Jalur Gaza guna membantu para korban di sana.

Selain itu, MER-C juga menuntut agar pemerintah Indonesia berbuat aksi di berbagai forum. Pemerintah juga harus memberikan bantuan dan mengirimkan tim resmi ke Gaza, demikian disampaikan Ketua Presidium MER-C, dr. Sarbini Abdul Murad.

Saat ini relawan MER-C di Gaza seluruhnya berjumlah 28 orang, semuanya dalam keadaan sehat dan selamat. Sebanyak 21 relawan baru sekitar satu bulan lalu diberangkatkan oleh MER-C ke Gaza guna melanjutkan pembangunan tahap 2 yang merupakan tahap akhir dari proses pembangunan RS Indonesia, persembahan dari rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina.

“Sampai saat ini relawan Indonesia yang berjumah 28 orang masih tinggal di lantai basement dari bangunan Rumah Sakit Indonesia dan tetap melanjutkan pembangunan lantai basement dengan sisa material yang ada,” ungkap Presidium MER-C, dr. Joserizal Jurnalis, SpOT yang belum lama ini kembali dari Gaza.

Ketua Divisi Konstruksi MER-C, Ir Faried Thalib yang memimpin program pembangunan RS Indonesia di Gaza menjelaskan bahwa basement RS Indonesia dibangun dengan tujuan sebagai tempat penyimpanan obat-obatan. “Ahamdulillah sekarang tempat ini menjadi tempat para relawan berlindung di saat Gaza diserang,” imbuhnya.

Selain MER-C, dalam konferensi pers kemarin juga turut hadir perwakilan dari Pesantrean Al Fatah dan AWG, dua lembaga yang selama ini konsisten mendukung dan terlibat langsung dalam program pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza, Palestina. Relawan konstruksi yang selama ini ditugaskan ke Gaza seluruhnya berasal dari pesantren Al Fatah yang berpusat di Cileungsi.

Imaam Al Fatah, Muhyidin Hamidy, menyatakan bahwa sejatinya terdapat 150 orang relawan dari pesantren Al Fatah yang telah menyatakan kesediaanya untuk ditempatkan di Gaza. “Seluruh relawan, baik yang telah berada di Gaza maupun yang belum berangkat sudah paham betul dengan kondisi Gaza,” ungkapnya.

Relawan yang telah diberangkatkan ke Gaza kali ini adalah relawan yang sudah melalui serangkaian seleksi ketat yang dilakukan MER-C dan Al Fatah, tidak hanya keahliannya di bidang konstruksi tetapi juga fisik dan mental. Hal ini dilakukan karena memang beratnya medan dan amanah tugas yang akan mereka jalankan di Gaza.

Selain bantuan dalam bentuk fisik, doa merupakan hal yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh rakyat Palestina. Hal ini disampaikan oleh Ustadz Yakhsallah Mansur, Pimpinan Pesantren Al Fatah. “Kami menyerukan seluruh umat Islam untuk membaca qunut Nazilah, yang dibacakan di setiap shalat fardhu.”

Agus Sudarmadji dari Aqsa Working Group menyampaikan pernyataan Norman Finkelstein pernah berkata bahwa Israel adalah negara sakit, dipimpin oleh pemimpin yang sakit, dan memiliki behaviour yang sakit. Untuk itu, Agus meminta adanya aksi pembelaan terhadap mereka yang tertindas.

“Media harus menyatakan pemberitaan yang baik dan mendukung Palestina. Bantuan kemanusiaan harus diberikan terhadap rakyat Palestina. Boikot harus disosialisasikan, terlebih setelah Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa, menyatakan keharusan untuk melakukan boikot atas produk Israel,” tegasnya. (pikiran-rakyat.com)