http://www.dreamstime.com/-image27255404MEDIA sosial tak hanya sebagai alat untuk bersosialisasi atau pemasaran secara online namun bisa di manfaatkan sebagai alat politik untuk berkampanye dan pilkada.

Hal itu juga bisa dilihat dari kemenangan Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat dalam dua periode karena dibantu dengan jejaring sosial seperti blog, Twitter, dan Facebook.

Terpilihnya Obama sebagai Presiden AS tidak lepas dari upaya tim suksesnya yang menggunakan strategi berkampanye melalui internet. Selain untuk menggalang dukungan suara teryata kampanye online yang dilakukan oleh tim sukses Obama adalah untuk mendulang dana dari masyarakat.

Terbukti kampanye melalui internet dan jejaring sosial sangat efektif dan berpengaruh luas.

Di Indonesia hal tersebut sudah digunakan tetapi sebagai pelengkap. Hal ini terjadi karena melihat jumlah pengguna internet di Indonesia.

Menurut “MarkPlus Insight”, jumlah pengguna internet di Indonesia per akhir tahun 2012 mencapai 61,08 juta orang.

Angka tersebut naik sekitar 10 persen ketimbang tahun 2011, sedangkan di Amerika pengguna internetnya mencapai 245 juta, menempati posisi kedua setelah China. Tetapi Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan pengguna internet yang subur.

Ke depannya para parpol harus berfikir untuk menggunakan media internet dan jejaring sosial sebagai salah satu strategi kampanye yang efektif. Selain efektif, media internet ini juga dapat menghemat biaya kampanye.

Menguasai komunikasi publik adalah salah satu kunci untuk memenangkan kompetisi di dunia politik, dan saat ini salah satu chanel yang efektif adalah media sosial.

Gerakan atau kegiatan politik dengan memanfaatkan sosial media juga kini banyak di gunakan oleh para politisi di Indonesia, seperti pada saat pilkada di Jakarta beberapa waktu lalu yang akhirnya dimenangkan oleh Jokowi dan Ahok. Kemenangan tersebut juga di tunjang dengan handalnya kampanye di sosial media.

Kini, para politisi mulai melek untuk memanfaatkan media sosial apalagi menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden pada 2014. Ini dibuktikan dengan petinggi-petingggi partai seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Sekjen Partai NasDem Patrice Rio Capella dan politisi lainnya.

Mereka dituntut untuk bisa menjalin hubungan lebih dekat dengan rakyat melalui jejaring sosial.

Partai NasDem yang dipimpin Surya Paloh juga mengandalkan media sosial untuk memperluas jaringan dan menyosialisasikan partai dengan menggunakan twitter, facebook, dan laman atau ‘website’.

“Kami punya facebook, twitter dan website. Adanya media sosial memberikan keuntungan untuk melakukan sosialisasi dan komunikasi bagi masyarakat yang ingin bergabung dengan Partai NasDem,” kata Sekjen Patrice.

Menurut dia, media sosial sangat efektif untuk berkomunikasi dengan masyarakat.

“Terkadang masyarakat langsung berkomunikasi dengan saya melalui twitter. Kalau ada waktu, langsung saya jawab,” kata Rio.

Tak hanya media sosial yang menjadi andalan partai baru ini, melainkan media besar seperti media massa juga menjadi andalan untuk menyosialisasikan partainya kepada masyarakat.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengatakan, semua media komunikasi digunakan oleh Partai NasDem dalam memperluas jaringannya kepada masyarakat.

“Saat ini jumlah anggota sekitar 10 juta jiwa yang terekam dalam sistem IT yang dimiliki. Kami targetkan 30 juta,” katanya.

Lain halnya dengan Partai Demokrat yang hanya menggunakan media sosial untuk mendukung kampanye yang tidak terjangkau dengan media tradisional.

“Media sosial itu tidak utama, karena kader turun ke bawah merupakan cara utama kami yaitu dengan berdialog dan baliho,” kata Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana di Jakarta, Rabu (24/4).

Ia mengatakan media sosial itu untuk membantu masyarakat yang tidak ikut kampanye tradisional partai tersebut sehingga konstituen bisa melihat di twitter dan facebook.

Menurut dia, suara di akar rumput Demokrat tidak memiliki facebook dan twitter karena mengandalkan kampanye tatap muka dan baliho.

“Media sosial itu ada manfaatnya tapi tidak signifikan. Masyarakat di ‘grassroot’ (akar rumput) melihat dari kampanye, baliho, media televisi dan bertanya dari teman,” ujarnya.

Sutan menegaskan media sosial itu tidak ternafikan untuk digunakan karena prinsipnya seluruh media sifatnya menjadi menyebarkan informasi kampanye partai. Oleh karena itu, Partai Demokrat sudah menyiapkan tim untuk media sosial tersebut.

Belum ditinggalkan Sementara itu, Koordinator Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin mengatakan setiap parpol, terutama calon legislator (caleg) akan lebih mengintensifkan media sosial untuk kampanye politik.

Namun penggunaan baliho, spanduk, dan lain-lainnya itu, kata dia, sepertinya belum akan benar-benar ditinggalkan, terutama oleh parpol dan caleg berduit. Di daerah-daerah yang tingkat perkembangan teknologi dan informasinya rendah pun baliho dan spanduk tampaknya akan tetap menjamur.

“Media sosial memang cukup efektif. Pemilukada DKI Jakarta tahun lalu membuktikan hal itu sehingga wajar parpol dan caleg memanfaatkannya. Hal itu akan sangat bergantung pada tingkat perkembangan teknologi dan informasi disuatu daerah,” kata Said.

Hal yang perlu diantisipasi sebetulnya adalah terkait ekses negatif dari penggunaan media sosial itu. “Dugaan saya, kampanye hitam nantinya akan marak di dunia maya,” ujarnya.

Oleh karena itu, penyimpangan tersebut harus mendapat perhatian serius dari KPU dan pemerintah, khususnya dari divisi “cyber crime” Mabes Polri guna mengungkap pelaku kampanye hitam yang selama ini sering dilakukan setiap kali pemilu dilaksanakan.

Berdasarkan pantauan Antara hingga Jumat (19/4), pemanfaatan media sosial, khususnya Facebook dan Twitter, di kalangan parpol masih belum optimal.

Untuk kategori organisasi politik, “follower” (pengikut) terbanyak di akun twitter parpol hanya tembus di angka 42.875, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di akun @PKSejahtera. Sedangkan untuk aktivitas ‘kicauan’ paling sering adalah Partai Gerindra, @Gerindra, dengan jumlah “tweet” 12.947.

Dari hasil pantauan, PDI Perjuangan (@PDI_Perjuangan) memiliki 12.541 follower, Partai NasDem (@DPPNasDem) memiliki 7.052 follower, Partai Demokrat (@PDemokrat) memiliki 6.884 follower, Partai Hanura(@PartaiHANURA) memiliki 2.583 follower, Partai Golkar (@Golkarku) memiliki 8.151 follower dan Partai Bulan Bintang (@BulanBintangOrg) memiliki 260 follower.

Dari ke-12 partai politik nasional peserta Pemilu 2014, ada empat parpol yang tidak memiliki akun Twitter resmi, yaitu Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan dan Persatuan (PKPI).

Namun, keempat parpol tersebut tercatat memiliki laman akun facebook dengan jumlah penyuka PAN sebanyak 3.435, PKB sebanyak 39, PPP sebanyak 4.285 dan PKPI sebanyak 124. (beritadaerah.com)