NAMANYA Adun Munawir (30) warga Gampong Blangmee, Kecamatan Lhoong, Aceh Besar ini tengah menjadi pusat perhatian warga sekitar. Ia berhasil menyelamatkan puluhan telur penyu dari kepunahan, dengan cara ditangkar.

Hasil dari tangkarannya ini berupa telur-telur penyu tumbuh menjadi tukik-tukik lucu dan menggemaskan. Bayi penyu atau disebut tukik inilah yang dilepasliarkan dan disaksikan langsung oleh sejumlah dinas terkait beberapa waktu lalu.

Adun Munawir mengatakan, pelepasan tukik ini menjadi modal awal untuk pelestarian penyu di pesisir pantai Blangmee.

“Mudah-mudahan ini bisa diikuti di daerah lain di Kecamatan Lhoong, karena beberapa daerah di pesisir pantai kecamatan Lhoong menjadi titik-titik pendaratan penyu yang yang akan bertelur,” ucapnya.

Ide penangkaran penyu, kata Munawir, lahir rasa keprihatinannya selama ini. Karena sepengetahuannya, dari tahun ketahun jumlah populasi penyu ini semakin sedikit dan sangat sulit ditemui

“Hal itu menggerakkan hati saya untuk menangkar telur-telur tadi supaya bisa ditetaskan, kemudian untuk dilepasliarkan ke laut lepas,” jelas Munawir.

Sebelumnya, telur-telur penyu ditemukan oleh nelayan di sekitar pantai Blangmee pada Bulan November 2020.

“Telurnya saya dapatkan dari para nelayan dengan cara membelinya dengan modal uang sendiri. Semula ada sekitar 100 telur dan yang menetas hanya sebanyak 91 telur,” tukas Munawir.

Telur telur itu dirawat di dalam rumahnya di Gampong Lamkuta Blangmee. Ia memanfaatkan media seadanya seperti pasir laut dan ember. Pasir dan bentuk sarang telurnya pun dibuat sama persis seperti lubang telur yang biasa terdapat di pesisir pantai.

Penangkaran ini menjadi pengalaman pertama bagi Munawir. Ada banyak hal yang didapatkannya dari penangkaran ini mulai dari proses penetasan hingga pelepasan tukik tersebut ke laut lepas.

“Normalnya penetasan telur itu 45-50 hari, akan tetapi karena pengaruh cuaca dan suhu, tukik menetas setelah 70 hari,” ujarnya.

Awalnya Munawir sempat tidak yakin telur ini akan menetas, karena sudah lebih dari waktu normal, namun dengan keyakinan akan usahanya yang sungguh-sungguh, alhamdulillah membuahkan hasil.

“Hari ke-70 satu persatu tukik mulai keluar dari pasir dan hasilnya sungguh mengejutkan, 91 dari 100 telur berhasil ditetaskan 90% lebih, sungguh hasil yang sangat luar biasa,” gumamnya.

Tak hanya itu, Munawir juga merasa ada ikatan batin dengan tukik-tukik lucu tersebut. Karenanya ada rasa kehilangan dalam hatinya kala dilepasliarkan. Namun, secepatnya rasa itu berubah, karena pelepasliaran demi misi pelestarian.

Munawir juga berpesan, apabila ada pihak yang menemukan pendaratan penyu bisa menghubungi dia dan tim yang tergabung dalam Komunitas Ujoeng Tiba. Nantinya telur-telur penyu akan dibeli dan dihargai sebagaimana mestinya dan akan dilakukan pengamanan dan penangkaran.

“Karena populasi penyu saat ini sudah semakin langka. Mudah-mudahan dengan adanya penangkaran yang sederhana ini bisa ikut andil melestarikan kehidupan penyu, sehingga anak cucu kita kelak masih bisa melihat penyu yang bertelur ke pantai,” tutupnya.

Dalam kegiatan pelepasan tukik hasil penangkaran Munawir ini turut dihadiri langsung Kepala DKP Aceh, Kepala BPSPL Padang, Kepala PSDKP Lampulo Aceh, Kepala SKIPM I Aceh, Kepala DKP KAceh Besar, Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan UNSYIAH, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar, Camat Lhoong, Aparatur Mukim Blangmee, Keuchik Gampoeng Blangmee, WCS Marine Aceh, WWF Indonesia hingga masyarakat setempat.