Proses pengambilan gambar film dokumenter Perempuan Kopi (Facebook Aceh Documentary)
Proses pengambilan gambar film dokumenter Perempuan Kopi (Facebook Aceh Documentary)

MEMAKNAI kebudayaan dalam persepektif visual menjadi salah satu strategi di era serba digital saat ini, maka tidak berlebihan jika anak-anak muda dan pelajar perlu mengambil bagian dalam merawat kebudayaan tersebut.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh bersama Aceh Documentary menggelar kompetisi film dokumenter untuk tingkat pelajar SMA/Sederajat dengan mengangkat tema kearifan lokal.

“Kegiatan kompetisi film ini bisa menjadi stimulus bagus bagi pelajar, salah satunya menjadi upaya dalam menemukan bakat sineas dari kalangan pelajar untuk menjadi sutradara film dokumenter sebagai bagian dari respon atas perkembangan media baru,” sebut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Jamaluddin, Jumat (5/2/2021).

Jamaluddin juga menjelaskan bahwa, kompetisi yang digelar ini merupakan event rutin dari Aceh Documentary yang perlu mendapatkan apresiasi dan dukungan.

“Selama ini memang Aceh Documentary telah fokus pada bidang perfilman, nilai-nilai edukasi yang diproduksi dan menjadi olah visual baik dari film dokumenter dan lainnya,” tambah Jamaluddin.

Kepala Bidang Sejarah dan Nilai Budaya Evi Mayasari juga mengajak anak muda melestarikan budaya di zaman modern ini untuk ikut serta dalam kompetisi tersebut tentunya lewat dukungan dari masing-masing sekolah.

“Di era serba digital memerlukan strategi yang kekinian, maka perlu dikemas dengan program-program yang menarik minat pelajar dan salah satunya lewat kompetisi ini,” ujar Evi.

Program Manager Aceh Documentary Junior 2021 Iqbal Faruqi menjelaskan, pada tahun ini, Aceh Documentary memanfaatkan alumninya di setiap kabupaten/kota untuk melakukan sosialisasi program agar semua SMA/Sederajat bisa menerima informasi tentang beasiswa dan kompetisi film dokumenter di tingkat pelajar ini.

Nantinya, kata Iqbal, mereka yang lolos seleksi tahap awal pengiriman proposal akan mengikuti rangkaian kegiatan basic training yang diadakan di Banda Aceh.

“Dalam basic training, mereka akan belajar secara garis besar tentang film dan kegiatan riset ide cerita yang lebih kompehensif,” ungkapnya.

Secara rinci, tambah Iqbal, setelah mengikuti basic training, peserta akan kembali ke daerahnya masing-masing untuk melanjutkan riset ide cerita, lalu masuk tahap kedua untuk memperoleh beasiswa perfilman dan kesempatan belajar film dari Aceh Documentary.

Roadshow Aceh Documentary Junior 2021 dilaksanakan di enam kabupaten/kota dengan pemilihan sekolah yang bervariasi.

“Enam kabupaten/kota tersebut diantaranya, Pidie, Banda Aceh, Aceh Besar, Meulaboh, Aceh Selatan, dan Bireuen. Roadshow ini digelar dari tanggal 1 Februari hingga 10 Februari yang bisa diakses lewat laman www.acehdocumentary.com,” jelas Iqbal.

Program Aceh Documentary Junior atau Kompetisi Film Dokumenter untuk Pelajar sendiri telah diinisiasi sejak 2015 silam, banyak melahirkan lebih dari 52 sutradara muda dan 26 film pendek.

“Ini merupakan investasi sumber daya manusia di sub sektor perfilman di Aceh yang bisa diberikan oleh Aceh Documentary untuk generasi muda Aceh di era informasi dan digital ini,” tutup Iqbal.