Banda Aceh, Seputar Aceh – Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh menunjukkan selama September 2009 Provinsi Aceh mengalami inflasi sebesar 2,04 persen. Di Kota Banda Aceh, inflasi terjadi sebesar 1,82 persen dan Kota Lhokseumawe sebesar 2,28 persen.

Data tersebut merupakan hasil pemantauan terhadap lebih dari 300 komoditi barang dan jasa oleh BPS Provinsi Aceh pada September 2009.

Kepala BPS Aceh, Syech Suhaimi, dalam penjelasannya kepada pers, mengatakan inflasi yang terjadi di Banda Aceh secara umum disebabkan kenaikan harga pada hampir semua kelompok barang dan jasa.

“Tingginya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa selama Ramadhan dan Idul Fitri 1430 Hijriah serta adanya kebijakan tuslag untuk angkutan antar kota, telah turut memicu terjadinya inflasi di Banda Aceh,” kata Suhaimi kepada wartawan di Aula BPS Aceh, Kamis (1/10).

Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan  makanan, sebesar 4,16 persen. Diikuti kelompok sandang sebesar 3,43 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,94 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi serta olah raga sebesar 0,69 persen.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,62 persen. Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,11 persen. Sedangkan kelompok kesehatan tidak mengalami perubahan.

“Beberapa komoditas yang memberikan andil tinggi terhadap inflasi bulan September 2009 antara lain ikan tongkol, udah basah, cabe merah, baju muslim, sewa rumah, emas perhiasan, kontrak rumah, jeruk, gula pasir, ayam goreng, wortel, tomat buah, daging ayam kampung, sirup, celana panjang jeans, angkutan antar kota, sarung katun dan daging sapi,” kata Suhaimi.

Selain Aceh, 16 kota lain di Pulau Sumatera juga mengalami inflasi. Tertinggi terjadi di Bandar Lampung, sebesar 2,66 persen. Tanjung Pinang mengalami inflasi terendah, sebesar 0,70 persen.[sa-ded]