MELIHAT potensi dan peluang pasarnya cukup menarik di luar negeri, kalangan investor asal Korea Selatan mulai melirik produksi kopi luwak (musang) dari Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.
Pembina Lembaga Aceh Denmark (ACDK) Tarmizi Age di Banda Aceh, Senin (10/6) menyatakan, potensi kopi luwak di Aceh Tengah cukup besar, sehingga investor asing sangat tertarik untuk membeli.
Tarmizi ketika mendampingi Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh Hasanuddin Darjo ke daerah berhawa dingin itu sempat menemui Sarjiman salah seorang petani di Kecamatan Jagong Jeget yang telah menjalankan kegiatan produksi kopi luwak sejak tiga tahun yang lalu.
Usaha Sarjiman kini mulai mendapat sambutan baik dari investor. Untuk harga pesanan dijual antara Rp300.000 hingga Rp400.000/kg. Dikatakan, untuk memproduksi kopi luwak tersebut, Sarjiman kini memiliki 25 ekor luwak untuk bekerja menghasilkan kopi.
Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Aceh Tengah Adian menyatakan, pihaknya akan memamerkan bagaimana kopi luwak itu dihasilkan termasuk rencana menghadirkan musang ke acara peringatan hari Krida Pertanian yang akan digelar 30 Juni 2013 di UPTB BDP Saree, Kabupaten Aceh Besar.
Hasannudin Darjo memberi apresiasi terhadap rencana promosi hasil usaha petani dari Tanah Gayo yang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi dunia.
Tarmizi menyatakan, Sarjiman tidak hanya memproduksi kopi luwak, ia juga termasuk petani suksek kopi Arabika yang kebunnya berada di Kampung Dedep, Kecamatan Jagong Jeget.
Kebunnya yang masih yang baru diremajakan itu kini batang kopi berukuran 30 cm dan 40 cm. Agar tanah tidak terbiar Sarjiman menanam kentang di kebun kopi tersebut.
“Sesuatu yang luar biasa, kebun kopinya yang memiliki luas hanya 1,5 hektare bisa menghasilkan pemasukan Rp60 juta sekali panen. Sementara kopinya terus membesar bersamaan tanaman kentang,” ujarnya.
Ia menyatakan, Sarjiman merupakan salah satu potret petani sukses di Kabupaten Aceh Tengah, karena di daerah datran tinggi Gayo itu merupakan sentra produksi kopi Arabika terbesar di Provinsi Aceh.
Meskipun demikian, Sarjiman mewakili petani lainnya berharap kepada pemerintah untuk membantu petani dalam bidang pemasaran sehingga usaha pertanian tidak merugikan petani. (ant)
Belum ada komentar