Pesawat Dakota RI-001 (Seulawah) di Lapangan Blang Padang Banda Aceh (Ist)
Pesawat Dakota RI-001 (Seulawah) di Lapangan Blang Padang Banda Aceh (Ist)

Banda Aceh — Pascatsunami, Kota Banda Aceh di Provinsi Aceh kembali berbenah khususnya di sektor pariwisata. Potensi wisata Banda Aceh kaya akan peninggalan sejarah.

Lihat saja Masjid Baiturrahman dan makam Sultan Iskandar Muda. Yang terbaru adalah Museum Tsunami yang merupakan sumbangan dari negara-negara donor semakin menambah jumlah obyek wisata di ujung barat Indonesia itu.

Bencana tsunami pada 26 Desember 2004 merupakan musibah yang sungguh luar biasa dan sulit dilupakan bagi masyarakat Aceh. Namun, di balik musibah tersebut, tersimpan banyak peninggalan atau sisa-sisa keganasan tsunami yang bisa dilihat di Banda Aceh.

PLTD Apung Punge Blang Cut (Foto Aulia Fitri)Sebut saja keberadaan perahu di atas rumah di Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam dan PLTD Apung di Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru yang terlempar sekitar 4 kilometer dari pantai. Semuanya itu memberikan kekayaan baru bagi Kota Banda Aceh untuk memanfaatkannya sebagai obyek wisata.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh, Reza Fahlevi berusaha seoptimal mungkin memanfaatkan potensi Banda Aceh itu dan mengemasnya menjadi obyek wisata yang menarik untuk wisatawan.

Bagi Reza, Banda Aceh yang memiliki banyak peninggalan wisata sejarah dan budaya merupakan salah satu destinasi wisata Tanah Air yang patut diperhitungkan. Apalagi adanya warung kopi khas Aceh membuat keunikan tersendiri bagi Banda Aceh.

Menurut Reza, sampai saat ini wisatawan asal Malaysia merupakan wisatawan terbesar ke Banda Aceh. “Heritage dan alam mendukung kepariwisataan Banda Aceh. Selain berwisata ziarah, wisatawan Malaysia datang ke Aceh untuk berbelanja. Mereka kan juga ke pernah Bandung. Jadi tahu harga lah. Harga barang di sini beda tipis dengan Bandung,” kata Reza saat berbincang-bincang di warung kopi Solong, Banda Aceh, beberapa waktu lalu.

Reza menjelaskan, rata-rata lama tinggal wisatawan Malaysia di Banda Aceh sekitar 2-3 hari. Mulai ramainya wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara ke Banda Aceh tak lepas dari semakin bertambahnya jumlah penerbangan dari Malaysia dan Jakarta ke Bandara Sultan Iskandar Muda.

Bandara Sultan Iskandar Muda (Ist)Berbagai upaya dilakukan Disbudpar Banda Aceh untuk menarik wisatawan. “Kita undang komunitas sepeda, komunitas fotografi,” kata Reza menyebutkan salah satu upaya menyebarluaskan potensi Aceh ke dunia luar.

Selain itu Pemkot Banda Aceh juga gencar melakukan promosi ke Malaysia serta negara Eropa. Berbagai festival untuk menarik wisatawan juga digelar seperti festival kopi, atraksi budaya setiap akhir pekan, festival layang-layang internasional hingga lomba perahu.

“Mereka (wisatawan) sering bertanya Aceh di mana? Aceh aman? Kita ingin mengemas dengan baik pariwisata Aceh dan berupaya mengubah pandangan orang tentang Aceh selama ini,” papar Reza.

Tugas selanjutnya, menurut Reza, adalah melengkapi berbagai fasilitas dan memberikan kenyamanan wisatawan. “Rambu-rambu wisata kita perbaiki dan lengkapi untuk sektor transportasi. Kami juga menyiapkan restoran atau kuliner khas Aceh. Yang juga tak kalah penting adalah mempersiapkan sumber daya manusia di bidang pariwisata,” kata Reza.

Pemkot Banda Aceh akan menjadikan pariwisata sebagai ujung tombak atau sektor yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.

“Banda Aceh memiliki pantai yang indah, museum dan kekayaan kuliner. Silakan datang ke Aceh,” tambah Reza. (*/kompas.com)