Seputaraceh

Tokoh Film Tjoet Nya’ Dhien Menerima Award di AFF 2016

Prof Bachtiar Ali (anggota DPR-RI Komisi 1) hadir dalam acara Aceh Film Festival 2016 di Aula BKPP Banda Aceh (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)
Prof Bachtiar Ali (anggota DPR-RI Komisi 1) hadir dalam acara Aceh Film Festival 2016 di Aula BKPP Banda Aceh (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)

Dari kanan Adrian Jonathan, BW Purbanegara, dan Azhari Aiyub sebagai dewan juri Aceh Documentary Competition 2016 (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)ACEH Documentary kembali menggelar Aceh Film Festival (AFF) yang mengangkat tema “Hambo” berlangsung di Aula BKPP Lampineung Banda Aceh, serangkaian acara dijadwalkan sejak Rabu sampai dengan Sabtu (19-22/10/2016).

“Hambo” sendiri menurut Fuad Ridzqi selaku Manager AFF merupakan sebuah ungkapan yang mengandung makna besar bagi masyarakat Aceh yaitu suatu proses psikis yang melahirkan sebuah perbuatan yang harus dilakukan segera serta didukung oleh sikap keberanian kemandirian dalam kondisi tertentu.

Malam penganugerahan, Ibrahim Kadir menerima penghargaan Lifetime Achievement Award sebagai aktor yang bermain di film Tjoet Nya’ Dhien.  Alwin Abdullah menerima penghargaan Lifetime Achievement Award sebagai produser film Tjoet Nya’ Dhien yang dibintangi Christine Hakim.

Film ‘1880 mdpl’ dari Takengen berhasil meraih juara film terbaik Aceh Documentary Junior tahun 2016 yang disutradarai oleh Ryan Sigit dan Miko Saleh. Film ‘Tanoh Akhe’ dari Aceh Besar sebagai film terbaik Aceh Documentary Competition 2016 yang disutradarai oleh Nova Andhiyani dan Fadhilah Sari.

Segudang Agenda AFF

Serangkaian Aceh Film Festival 2016 meliputi gampong film, merupakan sebuah bentuk tontonan layar tancap dan sebagai bentuk apresiasi masyarakat terhadap film sineas lokal dan nasional,yang sudah di selenggarakan dengan konsep melakukan pemutaran di 11 (sebelas) kabupaten/kota di Aceh yang berlokasi dikawasan Gampong (desa).

Adrian Jonathan mengisi Kelas Kritik Film, pimpinan redaksi Cienema Poetica mengajak penikmat film melihat sebuah film dari sudut pandang kritis dan kerangka sistematika kritik. Bahwa film tidak sebatas tontonan. Ada alur kerja dan birokrasi yang mengatur guna, bentuk, waktu, jangkauan, dan kemungkinan kehadirannya di ruang publik acara di gelar 19-21 Oktober.

Teuku Rifnu Wikana menceritakan tentang Kelas Aktor, berbagi pengalaman nya di dunia  akting diperuntukkan untuk komunitas film fiksi dan teater, dalam mendalami dan menguatkan pengetahuan dalam mendukung dan mengakomodir permasalahan-permasalahan keaktoran yang di hadapi sineas Aceh.

Special Screening, program ini memutarkan film-film terbaik dari dalam dan luar negeri. Dan di akhir pemutaran juga akan dilanjutkan diskusi bersama dengan pembuat film.

Forum komunitas, program ini merupakan forum tukar informasi dan pengalaman dengan seluruh komunitas film Indonesia dan diskusi dengan Film Maker Nasional dan Lokal.

Malam terakhir yaitu diisi dengan Award Night yakni malam apresiasi penganugerahan kepada insan perfilman Aceh. Malam Award Night juga menampilkan beberapa hiburan dan terbuka untuk umum.[]

Belum ada komentar

Berita Terkait