Cover-Hasan-Tiro-AcehBANDAR Publishing yang bergerak dalam bidang penerbitan dan penelitian di Banda Aceh, kembali menerbitkan karya fundamental, Hasan Tiro. Buku yang diterbitkan berjudul “Aceh Di Mata Dunia” dengan mengambil spirit Perdamaian Helsinki 15 Agustus 2013 dan spirit Kemerdekaan 17 Agustus 2013.

“Ini karya Hasan Tiro naskah aslinya dalam bahasa Aceh. Edisi dalam bahasa Aceh telah terbit tahun 1968 di New York, Amerika Serikat. Dan belum pernah di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Hasan Tiro dalam menulis bukunya terlihat membawa spirit identitas (perdamaain). Karya ini ditulis jauh sebelum Hasan Tiro mendeklarasikan GAM 4 Desember 1976”, ujar Haikal Afifa penerjemah buku tersebut.

Menurut Haikal dalam rilisnya, Senin (12/8), proses penerbitan dan penerjemahan buku ini sudah mendapat restu dari salah satu ahli waris. “Kami tidak sembarang menerbitkan dan menerjemahkan karya original dari Hasan Tiro, kami ketahui Hasan Tiro masih memiliki keluarga baik di Aceh maupun di Eropa. Makanya kita mendapat mandat dari salah satu keluarganya yang kini menetap di Eropa, Musanna Tiro,” tambahnya.

Hasan Tiro, menuru Haikal Afifa dalam buku “Aceh Di Mata Dunia” mulai menulis kata pengantar dengan sejumlah pertanyaan. “Hasan Tiro mulai menulis dengan kalimat, bagaimana seorang Aceh melihat diri sendiri sebagai Aceh? Inilah sebuah pertanyaan besar untuk bangsa Aceh sekarang yang harus kita pahami. Jawaban pertanyaan ini sangat menentukan nasib Aceh, nasib generasi selanjutnya dan nasib Aceh di mata dunia,” begitu paragraf pertama Hasan Tiro memulainya.

Kemudian paragraf terakhir pada pengantar awal bukunya, Hasan Tiro menulis “Dengan mengetahui seperti apa ”Atjèh di Mata Donja” dan seperti apa bangsa-bangsa lain di seluruh dunia melihat bangsa Aceh, maka pengetahuan ini menjadi satu solusi bagi kita generasi Aceh kini untuk melihat dan memandang dirinya sebagai sebuah bangsa yang mulia sehingga tahu bagaimana mencapai hidup mulia dan mati terhormat dalam mempertahankan harga diri bangsa. Begitu juga, Aceh bisa membangun kembali apa yang sudah hancur dan mengembalikan kembali apa yang sudah hilang” Demikian menurut Haikal

Haikal menambahkan bahwa buku ini lahir dari spirit kebersamaan dan gotong royong dalam proses penerjemahan dan percetakannya. “Saya sebagai penerjemah di bantu oleh Murizal Hamzah, Mukhlisuddin Ilyas, tim Bandar Publishing, Teuku Rawa, Abdul Halim (Ayah Papua), Keluarga Besar Teuku Yanuarsyah dan lainnya,” sambung Haikal.

Sebelumnya, pada tahun 2010. Bandar Publishing juga telah menerbitkan buku Hasan Tiro; The Unfinished Story. Sebuah buku yang di tulis oleh 44 orang dalam beragam perspektif dan diluncurkan secara sederhana pada hari 44 kematian Hasan Tiro. “Kedua buku Hasan Tiro dan karya-karya Aceh yang ditulis oleh penulis Aceh lainnya hasil terbitan Bandar Publishing. Tersedia di toko Bandar Buku jalan Teuku Nyak Arif, nomor 18 Lamnyong Banda Aceh, dengan diskon minimal 10 persen dari harga normal di tempat lainnya,” tutup Manager Bandar Buku, M Ikhwanuddin, SE.[]