Produk buat asli (made in) Aceh, kain sarung untuk dewasa dan anak Ija Kroeng (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)
Produk buat asli (made in) Aceh, kain sarung untuk dewasa dan anak Ija Kroeng (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)
Produk buat asli (made in) Aceh, kain sarung untuk dewasa dan anak Ija Kroeng (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)
Produk buat asli (made in) Aceh, kain sarung untuk dewasa dan anak Ija Kroeng (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)

PROSPEK kain sarung memang sudah terbilang mainstream dalam industri kreatif, tapi apa jadinya jika kain sarung dipadukan dengan nilai lokal yang dirancang asli oleh anak muda.

Namanya Khairul Fajri, anak muda Aceh yang begitu antusias mengenalkan kain sarung buatan tangannya kepada dunia.

“Kain sarung itu fashionable, bisa dipakai semua umur. Bahasa Aceh kain sarung adalah Ija Kroeng dan itulah brand yang saya gunakan saat ini,” jelasnya.

Dengan nama Ija Kroeng, Khairul mengaku hand made yang digagasnya telah punya nama tersendiri yang familiar bagi masyarakat di Aceh, apalagi konsep promosinya pun sudah menggaet media sosial untuk menarik minat anak-anak muda.

“Sebutan ija kroeng sudah sangat familiar di masyarakat Aceh, alhamdulillah brand Ija Kroeng juga sudah mendaftarkan merek dan logo ke Ditjen HaKI Kemenkumham,” sebut Ayah satu anak ini.

Usaha yang dirintis bersama istrinya ini, bagi Khairul sebagai bentuk semangat berwirausaha sekaligus membantu masyarakat sekitar. “Kalau kita lihat pedagang mungkin mereka lebih memilih margin keuntungan, tapi saya lebih ingin jadi pebisnis yang memang barang-barang dibuat di Aceh sendiri,” jelas Khairul yang saat ini membuka Workshop Ija Kroeng di Residen Danu Broto, Banda Aceh.

Uniknya lagi, produk kain sarung yang diproduksi Ija Kroeng ini hanya memiliki dua warna, yakni hitam dan putih. Tidak saja kain sarung untuk orang dewasa, Ia juga memproduksi kain sarung bagi anak-anak yang dikemas dengan menarik serta shawl.

“Hanya dua warna yang kita produksi saat ini, hitam dan putih. Apalagi warna hitam itu identik sekali dengan pakaian orang Aceh dulu. Kita bisa lihat sejarah dan foto-foto orang Aceh jaman dulu, pasti didominasi oleh warna hitam, mau baju, celana, atau selendang,” sebut Khairul yang pernah mengecap pendidikan di Berlin, Jerman.

Usaha kain sarung “made in Aceh” yang dimulai kurang lebih sebulan lalu ini, pelan-pelan telah banyak dikenal oleh kalangan anak muda di Aceh dan tak kalah menariknya juga banyak dipesan oleh orang-orang luar Aceh.

“Walau masih hitungan minggu, alhamdulillah sejumlah pelanggan sangat puas dengan kain sarung kita. Rafly Kande misalnya asal ke Banda Aceh pasti sempatkan diri mampir ke workshop Ija Kroeng, karena beliau penyuka kain sarung,” ujarnya.

Tertarik dengan kain saru asli Aceh ini? Anda bisa menghubungi lewat akun Twitter @Ija_Kroeng atau pun Instagram ijakroeng. Sukses buat usahanya ya Kharul.[]