Tak ada orang yang mengharapkan bencana. Seperti Simeuleu misalnya, warga pulau tersebut juga tak berharap gempa pada kekuatan 7,2 SR menguncang bumi ate fulawan itu. Namun bencana memang sudah terjadi, setelahnya bantuan datang berduyun-duyung dari donatur dan lembaga kemanusiaan.
Inilah yang kini membuat sejumlah kalangan resah di Simeulue. Resah bukan karena tak kebagian bantuan, sebaliknya, mereka resah karena mentalitas warga yang sudah terlalu manja dengan bantuan orang lain. Kesannya, warga Pulau Simeulue seperti mengharapkan sering-seringnya bencana alam terutama gempa bumi, supaya bantuan bisa datang lagi.
Wartawan media cetak maupun elektronik yang meliput bencana gempa pun merasakan hal itu. kedatangan wartawan langsung dikerumuni warga yang dikira lembaga pemberi bantuan. “Rumah kita sudah di foto-foto, kita akan dapat bantuan” teriak ibu rumah Tangga di Pulau Siumat.
Bahkan tidak segan-segan warga meminta langsung. “Minta minum bang, kami korban gempa, kalau tidak ada bantuan jangan difoto,” kata seorang warga di Kecamatan Teupah Selatan, ketika melihat serombongan wartawan media cetak yang melintas sambil menenteng kamera dan ransel berisi perlengkapan Jurnalis.
Hal tersebut membuat, tercengang awak media cetak. “Sepertinya warga telah manja dengan bantuan dan kemungkinan mereka selalu meminta supaya sering adanya gempa dan bantuanpun mengalir, ini perilaku yang tidak positif, Pemda harus memberikan pengertian supaya warganya tidak selalu mengharapkan bantuan, agar tidak timbul penyakit malas” celetuk seorang wartawan media cetak.
Kemanjaan dengan bantuan yang berasal dari NGO, BRR dan Pemerintah, disebabkan pengalaman warga Simeulue pasca Gempa Bumi dan Tsunami beberapa waktu lalu, korban bencana alam maupun yang tidak terkena ekses dari bencana alam tersebut sama kuotanya mendapat bantuan, seperti bantuan rumah, makanan maupun perlengkapan lainnya.
Sementara itu alokasi dana yang d anggarkan Pemerintah Daerah Simeulue, tahun 2010 untuk dana tak terduga seperti bencana alam dan lainnya hanya danggarkan Rp500 juta, hal tersebut sangat kecil dianggarkan dibandingkan dengan tahun 2009 lalu mencapai Rp1 miliar.
Alokasi dana tersebut dibenarkan M Asdarmansyah Mas SE, Wakil Ketua DPRK Simeulue, Minggu (11/4). “Dana yang dianggarkan hanya Rp500 juta untukb alam atau dana tak terduga, namun saya pun agak heran kenapa semakin kecil, sementara tahun lalu mencapai Rp1 miliar,” jelasnya.
Anggaran Rp1 miliar tahun 2009 tersebut, tidak diketahui kemana dialihkan, “Seharusnya dana tersebut bukan dikurangi tapi harus ditambah bahkan kalau bisa dilebihkan, sebab kita ketahu Simeulue rawan bencana alam terutama gempa bumi,” lanjutnya.
Estimasi kerugian gempa bumi dengan kerusakan yang didominasi bangunan produk BRR. Sampai Rabu (7/4) kemarin lebih dari Rp52 miliar dan telah mendapatkan suntikan dana, termasuk Rp100 juta dari Wagub Aceh, Muhammad Nazar ditambah dengan bantuan Pemerintah Pusat Rp500 juta di bagi dengan Kabupaten Singkil dan Aceh Selatan.
Kecilnya bantuan Pemerintah Pusat tersebut, disebabkan bencana alam gempa bumi Simeulue beberapa hari lalu, masih bisa diatasi Pemertah Kabupaten Simeulue dan Pemerintah Aceh serta bukan kategori bencana nasional.(*/ahmadi)
Belum ada komentar