Seputaraceh

Klong Yaw, Tarian Pergaulan Muda Mudi Thailand Tampil Besok

Penampilan tari Klong Yaw di panggung utama Aceh International Rapa'i Festival (Foto Wanda Haris Purtama)
Penampilan tari Klong Yaw di panggung utama Aceh International Rapa'i Festival (Foto Wanda Haris Purtama)
Penampilan tari Klong Yaw di panggung utama Aceh International Rapa'i Festival (Foto Wanda Haris Purtama)
Penampilan tari Klong Yaw di panggung utama Aceh International Rapa’i Festival (Foto Wanda Haris Purtama)

GRUP kesenian dan budaya dari negeri Gajah Putih, Thailand, Sanggar Absolutely, memukau pengunjung Aceh International Rapa’i Festival 2016, pada Jumat (26/08/2016) malam kemarin di Taman Sultanah Safiatuddin, Banda Aceh.

Kontingen kesenian dan budaya yang umumnya digawangi muda mudi Thailand berusia dari 7 tahun, 16 tahun, dan 20 tahun ini, akan tampil kembali pada Minggu (28/06/2016) sore pukul 16.40 WIB di Museum Tsunami, Jalan Iskandar Muda, Banda Aceh.

Absolutely Thai membawakan Klong Yaw, tarian pergaulan muda mudi Thailand, dengan menggunakan alat musik perkusi. Selain itu para penari juga ikut menyanyi untuk menambah semarak performa mereka saat di atas pentas.

“Klong Yaw berarti long drum. Alat musik ini digunakan sebagai musik utama yang mendukung tarian Klong Yaw,” kata Kung dalam bahasa Inggris saat di wawancara tim dari Media Center Aceh International Rapa’i Festival 2016.

Kung adalah Manager dari group Absolutely Thai yang satu-satunya fasih berbahasa Inggris. Sedangkan penari dan pemain musik perkusi dari Thailand tidak bisa berbahasa Inggris apalagi bahasa melayu. Namun demikian mereka tetap ramah dan berbaur dengan para penari lainnya di belakang panggung.

Kung dalam wawancaranya mengaku, dia bersama timnya sangat senang bisa berkunjung ke Indonesia khususnya Aceh pada even Aceh International Rapa’i Festival 2016. Menurut Kung acara ini sangat bagus dan dapat memperat hubungan antara Thailand dengan Indonesia dan Aceh khususnya.

“Acara ini sangat bagus dan menurut saya acara ini dapat mempererat hubungan antara Thailand dan Indonesia, terutama Aceh,” kata Kung.

Group kesenian dan budaya dari Thailand ini telah mempersiapkan diri untuk tampil maksimal di even budaya internasional ini sejak Juni lalu dan butuh waktu sekitar 2 minggu sebelum hari H, untuk memantangkan performa para penari dan pemusik.

“Seperti yang kalian lihat tadi, kami punya tiga jenis alat musik yang berbeda, yang pertama adalah alat musik pukul bernama Klong Yaw yang berasal dari Thailand pusat, dan yang kedua, alat musik sejenis lonceng bernama Ching yang merupakan instrumen utama di setiap tarian tradisional Thailand, kedua alat itu yang mengatur ritme tarian dan temponya. Sedangkan yang ketiga ada yang namanya Ka Po,” sebut Kung.

Kung mengatakan, masyarakat Thailand pada umumnya menggunakan Klong Yaw disetiap acara pembukaan dan di setiap peristiwa-peristiwa penting atau bahagia sebagai bentuk perayaan dan menggunakan Klong Yaw untuk merayakan acara Aceh International Rapa’i Festival.

“Kami menampilkan Klong Yaw, Raban Ching, dan Seung Ka Po. Kami punya performan yang belum kami tampilkan bernama Krap, itu merupakan sebuah tari tradisional klasik yang juga memadukan beberapa alat musik seperti Ching dan lainnya, tari ini dahulu kala biasa ditampilkan di istana-istana kerajaan Zaman dahulu, dan akan kami tampilkan besok, di Museum Tsunami, masyarakat bisa menyaksikannya di sana,” kata Kung.

Raban Ching adalah tarian klasik dari Thailand. Ching sendiri adalah salah satu alat musik tradisional dari Thailand yang memiliki bentuk dan suara menyerupai bel yang mengatur ritme musik.

Seung Ka Po adalah tarian yang berasal dari timur laut Thailand atau yang biasa disebut isan. Tarian ini menggunakan tempurung kelapa atau disebut dalam bahasa Thai disebut “Ka Po” atau dalam bahasa tradisional “isan”. Para penari akan memukul-mukul tempurung kelapa, membuat irama mengikuti musik yang dipimpin oleh alat musik pong lang.

Diakhir wawancaranya, Kung mengaku sangat mencintai Indonesia dan ini pertama kali dia bersama kawan-kawannya mengunjungi Aceh yang dikenalnya sebelumnya melalui berita tentang Tsunami Aceh.

“Kami senang bisa berkunjung ke Indonesia, Aceh, kami juga belajar banyak tentang budaya Indonesia khususnya Aceh, dan kami menemukan banyak kesamaan antara budaya Thailand dan budaya Indonesia, Aceh,” demikian pungkas Kung.

Grup kesenian dan budaya Absolutely Thai, pertama kali mendapat undangan ke Indonesia, Aceh, grup ini mulai sibuk mempersiapkan tarian dan kesenian yang akan ditampilkan sehingga menarik dan bisa diterima masyarakat Indonesia khususnya Aceh. Untuk itu tim ini mulai belajar tentang kesenian dan budaya Aceh dari berbagai media informasi.[]

Belum ada komentar

Berita Terkait