Komplek Kerkhoff dari atas Museum Tsunami Aceh (Foto Nela Vitriani/nelavie.blogspot.com)
Komplek Kerkhoff dari atas Museum Tsunami Aceh (Foto Nela Vitriani/nelavie.blogspot.com)
Komplek Kerkhoff dari atas Museum Tsunami Aceh (Foto Nela Vitriani/nelavie.blogspot.com)
Komplek Kerkhoff dari atas Museum Tsunami Aceh (Foto Nela Vitriani/nelavie.blogspot.com)

DANA perawatan komplek Kerkhoff, yakni kuburan serdadu militer Belanda yang terletak di belakang gedung  Museum Tsunami di Banda Aceh, hingga kini sudah menghabiskan dana perawatan mencapai miliaran rupiah.

“Kita perkirakan dana perawatan kuburan Kerkhoff sudah mencapai miliaran rupiah, yang disalurkan oleh yayasan kepada Pemerintah Kota Banda Aceh,” ujar Rusdi Sufi, pengelola Kerkhoff kepada wartawan di Banda Aceh, Senin (16/2/2015).

Namun, setelah pihak yayasan mengutus langsung warganya mengantarkan dana perawatan kepada pengelola Kerkhoff, dana perawatan mulai berkurang akibat banyak donatur yang sudah meninggal.

Dikatakannya, biaya perawatan Kerkhoff yang selama ini dibiayai oleh Yayasan Dana Peutjut (Stichting Peutjut – Fonds), kini mulai kekurangan dana. Selain itu, juga tidak lepas dari kurang pedulinya generasi muda Belanda terhadap kuburan para prajurit negaranya yang tewas saat melawan Aceh, pada zaman penjajahan

Menurut Rusdi yang juga Sejarawan Aceh, perawatan kuburan tersebut sudah dilakukan sejak didirikannya Yayasan Dana Peutjut pada 29 Januari 1976 atas inisiatif JHJ Brendgen, seorang kolonel marsose, yang aktif menyalurkan dana tiap tahun untuk perawatan Kerkhoff.

Belakangan beredar isu di masyarakat, Yayasan Dana Peutjut yang berpusat di Belanda, mulai menghentikan penyaluran dana untuk perawatan komplek kuburan tersebut.

Namun Rusdi membantahnya, karena beberapa waktu lalu ada pertemuan membahas tentang pengelolaan kuburan itu, menyangkut kekurangan dana, antara pihak yayasan dengan Pemerintah Aceh.

“Cuma dananya sudah mulai berkurang, karena generasi muda Belanda sudah kurang peduli,” katanya lagi. (Dedi Irawan/afi)