JIKA berkunjung ke dataran tinggi Gayo, tepatnya di Takengon, tentu kita tidak akan lupa akan keindahan Danau Laut Tawar. Masyarakat Gayo yang ramah, suhu udara yang sejuk, dan tentu pula, Ikan Depik. Anugerah di dalam ekosistem Danau Laut Tawar. Jenis ikan yang menjadi kebanggaan masyarakat Gayo, Kabupaten Aceh Tengah.

Pun begitu, ternyata tak banyak orang yang tahu secara detail tentang Ikan Depik. Pemuda-pemudi Gayo pun jika ditanya mengenai depik banyak yang tidak mengenalnya.

Ikan Depik, (Rasbora tawarensis) termasuk ikan endemik dan bersifat pelagis. Menurut peraturan pemerintah RI No. 60 Tahun 2007, pasal 23 ayat 2c menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan endemik adalah derah penyebaran terbatas. Endemisitas merupakan suatu keadaan dari jenis ikan tertentu yang memiliki sebaran terbatas.

Di danau Laut Tawar terdapat beberapa jenis ikan Rasbora yaitu Rasbora sumatrana, Rasbora argyrotaenia. Dalam bahasa setempat disebut eyas dan relo. Depik yang hidup di air tawar disebut Rasbora tawarensis

Ikan Depik merupakan ikan air tawar yang hidup di perairan umum, terutama di perairan umum Danau Laut Tawar (Weber dan Beaufort, 1916). Taksonomi Ikan Depik Rasbora tawerensis n. sp (Saanin, 1984):

Rasbora tawerensis termasuk dalam kelas pisces, subklas teleostei, ordo Ostariophysi. Ikan tersebut termasuk family cyprinidae.

Morfologi Ikan Depik adalah D. 2.6-7; P 1.14-15; V. 2.8; L.1. 29-31. Panjang total 4,1-4,4 kali tinggi tubuh atau 5,1-5,7 kali tinggi batang sirip ekor, dan 3,7-4,1 kali panjang kepala. Perutnya pipih membetuk siku, sambungan tulang rahang atas membentuk cekungan. Sirip punggung tidak berjari-jari keras, permulaan siripnya di tengah-tengah antara hidung dengan sirip ekor dan garis rusuk lengkap.

Sedangkan panjang batang ekor lebih dari dua kali tingginya. Keping ekor dan sirip punggung mempunyai bercak hitam. Tidak mempunyai sungut (Saanin, 1984). Panjang umumnya 120 mm.  Hidup bersifat Bentopelagik (Weber and de Beaufort, 1916). Ikan Rasbora jantan lebih kurus dari pada ikan Rasbora betina (Stanford 1995).

Ikan Depik bersifat heterosekssual, karena ikan jantan dan betina terdapat dalam induvidu yang berbeda. Ikan Depik mempunyai fekunditas rata-rata 3082 butir tetapi tidak tergolong ikan “small brood spawner”. Ikan ini merupakan ikan yang memijah secara total (Brojo et al. 2001). TKG III dan TKG IV dengan kisaran panjang 81-99 mm dan berat antara 4,57-8,62 gram.

Memijah setiap hari sepanjang tahun dengan puncaknya pada musim hujan. Telur ikan yang akan dibuahi menetas setelah 24-30 jam dan akan menempel pada tumbuhan air. Setelah menetas anak ikan dapat berenang bebas setelah tiga sampai lima hari.

Makanan kelompok Rasbora beragam khususnya, kustase kecil dan larva akan lebih disukai. Menurut Zahid 2008, makanan ikan seluang (Rasbora dusonensis) di Sungai Kalimantan Tengah adalah fitoplankton (Navicula, Nitzschia dan Fragillaria) dan zooplankton (Calanus, Diaoptomus dan Cyclops). Anak ikan jenis Rasbora sumatrana cendrung memakan alga dalam bentuk sel tunggal karena ukuran lebih kecil dibandingkan dengan bentuk koloni atau filamen (Sulistiyarto, 1998)

Tipologi Habitat

Ikan Depik hidup pada suhu optimum 20-27 ⁰C dengan derajat keasaman pH 6,7 – 8,6. Dissolve oxygen berkisar antara 5-8 ppm. Hidup  pada daerah yang memiliki tumbahan air (Hydrilla verticilata) yang cukup baik. Memijah pada daerah yang memiliki nilai transparency yang tinggi.

Ketersediaan makanan adalah salah satu faktor yang menentukan kepadatan populasi, pertumbuhan, reproduksi, dan dinamika populasi, serta kondisi ikan yang ada disuatu perairan. Kekurangan makanan merupakan faktor pembatas yang serius terhadap populasi ikan di perairan umum. Selain sebagai faktor pembatas populasi ikan, ketersediaan makanan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pola distribusi ikan.

Pada suatu habitat yang kaya bahan makanan seperti tempat dangkal yang berarus lemah serta banyak tanaman air, cendrung lebih padat populasi ikannya. Sebaliknya ditempat yang sedikit bahan makanan, seperti tempat dangkal berarus kuat atau tempat dalam tidak dihuni oleh tanaman air, cendrung lebih sedikit populasinya (Scott, 1979 dalam Sulistiyarto, 1998). Melihat pola penyebarannya, Ikan Depik banyak ditemukan di bagian utara danau Laut Tawar. Terutama di daerah Kelitu.

Untuk melakukan reproduksi, ikan mencari tempat memijah yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan individu baru (Effendie, 2002). Ikan Depik, berdasarkan informasi dari nelayan (belum teruji ilmiah) memijah ke daerah-daerah masukan air yang jernih dan bersuhu rendah, substrat terdiri dari kerakal dan kerikil.

Ikan Rasbora melimpah di Danau Lut Tawar karena vegetasi air yang dominan adalah Hidrilla verticillata dan Ceratophylum sp. (Kartamihardja et al, 1995). Kebanyakan spesies ikan memiliki keterbatasan dalam batas kedalaman perairan, kecepatan debit air, karateristik habitat dan tergantung pada tingkah laku serta sejarah hidup (Winemiller dan Jepsen, 1998).

Masalah dan Tantangan

Masalah yang sangat mendasar saat ini adalah, Ikan Depik yang ada sekarang diperkirakan bukan Ikan Depik yang di maksud. Sehingga Pemda Aceh Tengah sendiri tidak percaya diri menyatakan bahwa ikan ini merupakan spesies endemic. Beberapa laporan Bappeda Kabupaten Aceh Tengah menyatakan bahwa ikan ini memiliki nama latin Rasbora leptosoma bukan Rasbora tawarensis seperti yang tercantum dalam www.fishbase.org.

Ikan Depik sendiri telah dikoleksi pada meseum Zoologi Amsterdam Belanda dan di USA. Karena kesimpangsiuran tersebut, perlu kajian mendalam tentang Ikan Depik. Hal yang sangat mungkin dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi ulang jenis Ikan Depik yang ada di Danau Laut Tawar.

Berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) 2001, Ikan Depik masuk ke dalam status vulnerable (rawan). Ikan kawan (Propuntius tawarensis) yang ada di danau Laut Tawar juga memiliki status yang sama.

Tingginya permintaan terhadap Ikan Depik telah mengakibatkan meningkatnya tingkat eksploitasi terhadap Ikan Depik. Hal ini dicirikan dengan bertambahnya jumlah nelayan dan alat tangkap yang beroperasi. Sehingga pendapatan penduduk meningkat. Di lain pihak, terjadi ancaman terhadap kelestarian sumberdaya Ikan Depik akibat alat tangkap yang dioperasikan tidak selektif sehingga tidak memberikan kesempatan ikan untuk melakukan reproduksi.

Nilai ekologis Ikan Depik di danau Lut Tawar tidak bisa diabaikan karena bila ikan ini berkurang atau punah maka ada relung ekologi yang tidak termanfaatkan sehingga terjadi perubahan komunitas organisme di perairan. Perlu suatu perlindungan sehingga sumberdaya ikan ini tetap lestari.

Langkah yang dilaksanakan adalah tetap menjaga keberadaan Ikan Depik dengan cara domestifikasi, menjaga habitat Ikan Depik, melakukan pengaturan alat tangkap dan intensitas penangkapan dan melakukan pembinaan terhadap nelayan.

Jika populasi ikan berkurang atau hilang di suatu perairan, maka indikasi penyebabnya ada dua hal yaitu: Penangkapan yang yang dilakukan tidak selektif dan tidak sesuai daya dukung dan habitat untuk berkembang sudah mulai menurun.***

Iwan Hasri

Pegawai Pemda Kabupaten Aceh Tengah dan Dosen  Universitas Gajah Putih Takengon