Seputaraceh

Jerman Butuh Tiga Juta Tenaga Ahli

Jerman Butuh Tiga Juta Tenaga Ahli
Jerman Butuh Tiga Juta Tenaga Ahli

Kurangnya tenaga kerja berkualifikasi bisa lebih rugikan Jerman daripada krisis keuangan dan ekonomi. Masyarakat Jerman tidak dapat penuhi kebutuhan itu. Pemerintah kini iklankan pembukaan lowongan di luar negeri.

Menteri Tenaga Kerja Jerman, Ursula von der Leyen harus mengambil tindakan. Sejak beberapa bulan lalu, di Jerman terdapat sekitar satu juta lowongan pekerjaan. Tetapi waktu yang diperlukan sangat lama, sampai sebuah lowongan akhirnya terisi. Menurut statistik, untuk sebuah lowongan diperlukan 72 hari, jadi 13 hari lebih lama dibanding tahun lalu. Yang dicari terutama tenaga ahli di bidang teknik, pakar teknologi informasi, dokter dan perawat orang-orang lanjut usia.

Sejak tahun lalu, pemerintah Jerman berusaha mencegah semakin bertambahnya jumlah tenaga ahli yang diperlukan. Von der Leyen berpendapat, jalan yang ditempuh sudah benar. “Kami sudah mengambil beberapa langkah penting tahun lalu, dengan undang-undang yang mengatur pengakuan bagi ijazah asing di bidang pekerjaan tertentu, juga dengan undang-undang Blue Card.” Menurut von der Leyen, jumlah perempuan yang bekerja juga bertambah, demikian halnya dengan warga yang tidak berusia muda lagi.

Jerman Perlu Tiga Juta Tenaga Ahli

Tetapi walaupun usia pensiun ditambah, dan semakin banyak perempuan bekerja atau bekerja lebih lama dari biasanya, hingga 2025 hanya separuh dari lowongan yang ada dapat terisi. Hingga 2025, diperkirakan akan ada tiga juta lowongan.

Jerman perlu lebih banyak pekerja asing. Kantor urusan pekerja memperhitungkan, per tahunnya Jerman butuh sekitar 200.000 tenaga kerja berkualifikasi tinggi, yang datang dari luar negeri.

Untuk mempercepat proses ini, pemerintah Jerman memulai pemasaran lowongan dan penyebaran informasi, lewat situs internet. Di bawah judul “Make it in Germany”, pelamar dari Uni Eropa dan luar Uni Eropa dituntun dalam langkah untuk mendapat pekerjaan di Jerman. Untuk mengurangi masalah bahasa, situs itu sebagian besar dibuat dalam bahasa Inggris. Menteri Perekonomian Jerman Philipp Rösler mengatakan, halangan terbesar untuk bekerja di Jerman adalah masalah bahasa.

Tetapi pelamar harus realistis. “Memang kami butuh tenaga kerja ahli, tetapi orang harus bisa mencari sendiri pekerjaan, dan berintegrasi. Untuk itu pengetahuan bahasa diperlukan. Bahasa Inggris cukup, tetapi itulah yang minimal.”

Acuan bagi Pelamar

Situs itu sudah dapat ditemukan di internet. Itu juga menjadi acuan bagi pelamar ijin tinggal yang disebut Blue-Card, yang dapat diperoleh mulai 1 Agustus 2012. Ijin tinggal itu ditujukan bagi tenaga ahli yang berkualifikasi tinggi, dan sarjana dari negara-negara di luar Uni Eropa. Pertama-tama ijin tinggal hanya berlaku untuk tiga tahun. Setelah itu, pekerja dan keluarganya dapat memperoleh ijin tinggal tak terbatas.

Jika pelamar menguasai bahasa Jerman dengan baik, ijin tinggal tak terbatas sudah diberikan dalam waktu dua tahun. Untuk memperoleh Blue Card gaji minimal pertahun harus mencapai 45.000 Euro. Di bidang-bidang yang sangat membutuhkan tenaga kerja, batas gaji minimal 35.000 Euro.

Aturan Main Yang Jelas

Dengan Blue Card, demikian von der Leyen, aturan main sangat jelas, yang menentukan ijin berada di Jerman. Namun sejumlah pertanyaan belum terjawab. Misalnya, negara mana yang terbaik untuk merekrut pekerja. “Negara-negara dengan tenaga kerja muda yang berkualifikasi, sesuai dengan yang kami cari.” Demikian von der Leyen sambil menambahkan, “Orang-orang yang memang ingin berimigrasi. Karena saya pikir itu adalah masalah etis, supaya kedua belah pihak juga mendapat keuntungan.”

Melalui langkah tersebut, pemerintah Jerman juga ingin mengambil tindakan di dalam negeri. Untuk memastikan tersedianya tenaga kerja berkualifikasi tinggi, perusahaan, serikat pekerja dan berbagai persekutuan pekerja harus bekerja sama erat di jaringan regional. Terutama perusahaan kecil dan menengah sering belum siap, bahwa perubahan demografis di Jerman dapat menyebabkan masalah besar di masa depan. (dw.de)

Belum ada komentar

Berita Terkait

Gagal Menjadi Pemerintah

Gagal Menjadi Pemerintah