Takengon — Kopi arabika gayo asal Kabupaten Aceh Tengah, dijajaki masuk pasar Korea, dan dalam waktu dekat sejumlah profesional dari tim Cuppers of Korea (COA) akan mengunjungi daerah penghasil kopi tersebut.

“Sebanyak tujuh orang profesional asal Korea akan melakukan uji cita rasa (test cup) keaslian arabika gayo di sini (Takengon-red). Jika hasil tesnya memungkinkan, mereka juga menjadikan daerah ini sebagai pemasok kopi bagi negaranya,” ungkap Sekjen Asosiasi Kopi Luwak Gayo (AKLG), Zamzam Mubarak, kepada Medan Bisnis, Selasa (3/7).

Dikatakannya, tim COA akan berada di daerah dingin itu hingga Jumat (7/7). Kunjungan mereka diharap bisa membantu mendongkrak citra produk kopi arabika gayo di pasaran dunia, khususnya negara Asia.

“Ada keuntungan kita peroleh jika kualitas arabika gayo ini diakui. Setidaknya bisa memutus rantai permasaran kopi. Artinya bila mereka suka, maka buyer dari negara Korea akan langsung membeli kopi dari petani tanpa melalui perantara, seperti yang berlaku selama ini,” jelasnya.

Manfaat lainnya, kata Zamzam, kesejahetraan petani akan semakin meningkat. Hal itu karena bisa mengurangi permainan harga pasar yang selama ini terkesan labil. Selebihnya, dengan meningkatnya kunjungan para ahli ataupun pengusaha kopi dari luar negeri maupun domestik, mampu menambah pendapatan daerah dari segi pariwisata.

“Pada kesempatan itu, nantinya para profesional tersebut akan mengetes berbagai hasil produk kopi yang selama ini beredar di pasaran. Di antaranya kopi organik arabika (tanpa pupuk kimia) dan jenis specialty berupa longbery, peebery serta luwak,” ungkapnya.

Secara bersamaan, President AKLG Aceh Tengah, Malio menambahkan, untuk jenis kopi yang disebutkan di atas, saat ini nilai jualnya di pasaran dunia seperti Amerika, Brasil dan berbagai negara lainnya cukup menjanjikan.

“Perlu diketahui, sebetulnya harga kopi asal Gayo ini terbilang mahal bila dibanding dari daerah lainnya di Indonesia atau negara manapun di dunia. Sepengatahuan saya, khusus di Amerika saja, kopi siap saji arabika atau jenis specialty ini nilai jualnya di kafé-kafé berkisar US$ 60 per cangkir,” sebut Malio.

Bukan itu saja, lanjutnya, dari hasil survei di sejumlah kafe di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Bali dan Medan, harga kopi asal Aceh Tengah dan Bener Meriah saat ini cukup mahal.

”Untuk daerah wisata seperti Bali, kopi arabika gayo dihargai Rp 150.000 sampai Rp 250.000 per gelas. Sementara di Jakarta dan Medan rata-rata Rp 40.000 per gelas,” ungkapnya.

Dari itu, dalam upaya meningkatkan promosi kopi arabika gayo, rencananya pada Oktober tahun ini mereka akan menggelar acara bertajuk ‘3.000 Cangkir Kopi Gayo Gratis untuk Dunia’ di Jakarta. Dimana nantinya mereka akan mengundang seluruh pelaku dan pecinta cita rasa kopi dari berbagai belahan dunia. (Medan Bisnis)