Seputaraceh

Wartawan Boikot Coffee Morning Bupati Bireuen

Bireuen – Wartawan di wilayah liputan Bireuen memboikot coffee morning atas undangan Bupati Nurdin Abdul Rahman di meuligoe, Jumat (16/7/2010) pagi. Acara ‘langka’ yang sudah disusun rapi khusus untuk wartawan itupun gagal dan berantakan.

Dari informasi yang diterima, Jumat pagi menyebutkan, sejumlah wartawan diundang ke meuligoe untuk coffee morning. Wartawan diundang melalui Bagian Humas Setdakab Bireuen sehari sebelumnya. Beberapa wartawan yang sempat hadir di pendopo kemarin pagi tampak kecele.

“Katanya ada pertemuan pers sambil kopi pagi di bawah payung,” kata seorang wartawan media lokal. Segelintir wartawan yang datang ke sana untuk ikut kopi pagi itu ikut bingung karena acara yang ditunggu-tunggu tidak jadi digelar karena diboikot sebagian besar wartawan lainnya.

Informasi yang diterima kemudian menyebutkan, acara itu gagal karena diboikot kalangan wartawan yang tergabung dalam organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)  Perwakilan Bireuen. “Karena tidak banyak yang datang, akhirnya dibatalkan,” kata seorang penggagas acara dari unsur Pemkab Bireuen.

Ketua PWI Perwakilan Bireuen, A Hadi Djuli membenarkan wartawan yang tergabung dalam organisasi PWI memboikot undangan coffee morning atas bupati Bireuen karena beberapa alasan. Keputusan itu pun diambil setelah digelar rapat dengan anggota.

“Biasanya di masa Bupati Hamdani dan Mustafa, sebelum mengundang wartawan untuk acara seperti itu, ada pemberitahuan dan pencocokan waktu pelaksanaan. Bukan langsung mengundang dengan jadwal sepihak yang ditetapkan yang bersangkutan,” ujar Hadi.

Hadi menilai, undangan melalui short message service (sms) untuk sebuah acara seperti itu kurang etis. “Lagi pula undangan hanya disampaikan oleh staf Humas. Kepala Humas-nya sendiri saat berjumpa dengan saya tidak mengatakan apa-apa,” imbuhnya.

Joniful Bahri, wartawan media lokal yang diminta tanggapannya mengatakan, selama ini pejabat Pemkab Bireuen cenderung memposisikan wartawan bukan sebagai mitra, tetapi seperti sepeda motor matic. “Pemkab inginnya tanpa harus masuk gigi, langsung digeber di jalan,” ketusnya.(*/ha/del)

Belum ada komentar

Berita Terkait

Berakhir di Blora

Berakhir di Blora