Jakarta — Organisasi hak asasi hewan PETA menawarkan uang imbalan 1.000 Dolar bagi informasi mengenai pembunuhan 3 gajah Sumatra yang terancam punah dekat perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Bangkai 3 gajah betina, termasuk anak gajah berusia 1 tahun, ditemukan membusuk akhir pekan lalu di Sumatra tak jauh dari Taman Nasional Tesso Nilo, yang dikelilingi perkebunan kelapa sawit.

Kepala taman nasional Kupin Simbolon mengatakan gajah-gajah itu kemungkinan besar diracun sebagai aksi balas dendam setelah gubuk-gubuk pekerja perkebunan hancur dalam penyerbuan baru-baru ini.

The People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) menawarkan imbalan bagi informasi yang berujung pada penangkapan dan hukuman bagi para pembunuh. “Para pembunuh yang pengecut ini harus ditangkap dan dihukum secara maksimum,” tegas wakil presiden PETA Asia, Jason Baker.

“Jika diracun, gajah-gajah itu mati secara perlahan dan menyakitkan.”

Sedikitnya 17 gajah mati tahun ini di taman nasional Tesso Nilo dan sekitarnya, kebanyakan akibat diracun seperti diungkapkan Kupin Simbolon. Ia beserta tim tengah bekerja dengan polisi untuk memburu para pelaku dalam kasus terakhir.

Kurang dari 3.000 gajah Sumatra yang masih hidup di alam bebas menurut International Union for the Conservation of Nature (IUCN). Jumlahnya terus menurun hingga mencapai 50 persen sejak tahun 1985.

Sudah terjadi rentetan pembunuhan gajah dan orangutan tahun ini di sekitar hutan yang diubah menjadi perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yang merupakan pemasok utama minyak sawit dunia.

IUCN menaikkan status gajah Sumatra dari ‘terancam punah’ menjadi ‘amat terancam punah’ bulan Januari lalu karena berkurangnya habitat gajah secara drastis akibat perkebunan sawit. Kategori ini hanya satu langkah lagi menuju ‘punah dari alam liar’ dan dua langkah lagi menuju ‘punah.’ (afp/dw)